Dilema Anak Pesisir! Antara Melanjutkan Sekolah Atau Bantu Keluarga

Devi Nila Sari
5 Views
Ilustrasi anak pesisir. (Istimewa)

Setiap tahun nak-anak pesisir dihadapkan oleh dilema. Antara melanjutkan sekolah atau membantu keluarga mencari nafkah.

Kaltim.akurasi.id, Bontang – Upaya pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan tidak berbanding lurus bagi anak-anak pesisir. Ternyata mereka justru menghadapi dilema besar untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, atau membantu orang tuanya untuk mencari nafkah.

Hal ini terjadi bukan tanpa sebab. Impian anak pesisir untuk melanjutkan sekolah, seperti di daerah Tihi-Tihi, Selangan dan Gusung, Bontang, masih tertahan oleh restu orang tua.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang. Menurut Kepala Plt Disdukbud Bontang, Saparuddin, pihak pemerintah selama ini telah berupaya memberikan kemudahan akses pendidikan ke seluruhan wilayah.

“Masalahnya antusiasme orang tua rendah. Mereka enggan memberikan izin kepada anak-anaknya untuk lanjut sekolah di kota dan tinggal di asrama,” ungkap Plt Kepala Disdikbud Bontang, Saparudin, Kamis (22/5/2025).

Alasan ekonomi menjadi penghalang paling besar. Katanya, orang tua mereka yang berprofesi sebagai nelayan, meminta mereka bertahan di kampung yang rata-rata di atas laut itu.

Mereka diminta untuk membantu orang tua mereka untuk mencari ikan, sebagai sumber utama bagi keluarga. Mereka yang harusnya melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP atau SMA, niatnya harus pupus oleh kondisi tersebut.

Pemerintah Upayakan Fasilitas Pendukung, dari Transportasi hingga Asrama Gratis

Padahal, pemerintah sudah menyiapkan berbagai fasilitas pendukung. Mulai dari asrama gratis yang berlokasi di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa), transportasi perahu tanpa biaya, hingga instruksi khusus kepada sembilan SMP negeri agar menyediakan slot khusus bagi anak-anak pesisir.

“Mereka (para orang tua, red) khawatir kehilangan bantuan dari anak-anaknya. Kalau anak tinggal di asrama, mereka bingung siapa yang bantu,” ujarnya.

Ia menjelaskan, skema asrama tidak mengharuskan anak-anak sekolah seminggu penuh. Mereka hanya tinggal dari Senin hingga Jumat selama masa sekolah, lalu diantar kembali ke rumah masing-masing setiap akhir pekan. Namun, tetap saja banyak orang tua yang keberatan.

Katanya, tahun ini diperkirakan terdapat 10 siswa kelas enam SD di wilayah pesisir yang terancam tidak lanjut sekolah. Di Selangan ada satu siswa, Tihi-Tihi tiga siswa, dan Gusung tujuh siswa. Nasib mereka untuk melanjutkan sekolah masih belum jelas.

“Kami juga belum tahu, anak-anak ini akan lanjut SMP atau tidak,” kata Saparudin.

Disdikbud berharap, para orang tua bisa lebih membuka pandangan tentang pentingnya pendidikan demi masa depan anak-anak mereka. Terlebih, biaya sekolah negeri saat ini sudah digratiskan, termasuk seragam dan buku pelajaran.

“Kami sudah siapkan semuanya. Tinggal dukungan orang tua saja,” tutupnya. (*)

Penulis: Dwi Kurniawan Nugroho
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *