Dinkes Usut Penyakit Leptospirosis di Kaltim

Devi Nila Sari
1 View
Ilustrasi tikus sebagai penyebab penyakit leptospirosis. (Istimewa)

Dinkes Kaltim usut kemungkinan penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh liur tikus. Sebab, sudah ada tikus yang terinfeksi, meski belum ada pasien terkonfirmasi positif.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Selama ini, masyarakat banyak mengenal tikus sebagai penyebar penyakit tifus. Namun, ternyata ada lagi salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh tikus melalui air seninya, yaitu leptospirosis.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Jaya Mualimin mengungkapkan, kini pihaknya sedang mengusut kasus leptospirosis. Sebab, pihaknya beberapa kali menerima informasi adanya kemungkinan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira interrogans ini di Tanah Benua Etam, sebutan lain Kaltim.

Dinkes pun telah melakukan pemeriksaan terhadap hewan dari berbagai sampel seperti di daerah Kutai Barat dan Bontang. Meskipun terdapat laporan seorang pasien yang diduga terinfeksi leptospirosis di Mahakam Ulu. Pemeriksaan terhadap tikus di wilayah tersebut belum memberikan hasil positif.

Di sisi lain, di Bontang, meskipun ditemukan tikus yang positif terjangkit leptospirosis. Belum ada pasien yang terkonfirmasi positif terkena penyakit tersebut.

“Kami juga masih menunggu hasil pemeriksaan tikus di Kabupaten Mahakam Ulu. Karena, ada laporan tentang pasien leptospirosis dari sana,” ungkap Jaya saat ditemui di ruang kerjanya, di Jalan Abdoel Wahab Syahranie, Kamis (5/10/2023).

Hal ini pun mendorong dinkes untuk mencari keterkaitan yang lebih jelas antara tikus yang terinfeksi dengan orang-orang yang terkena leptospirosis. Bagaimana orang-orang ini terinfeksi, apakah saat mandi atau mengkonsumsi air yang tercemar oleh kencing tikus.

Dinkes Bakal Gandeng OPD Teknis untuk Kendalikan Populasi Tikus

Untuk mencegah wabah leptospirosis yang lebih luas, Dinkes berencana bekerja sama dengan dinas terkait guna mengendalikan populasi tikus, terutama di perkampungan. Kolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga akan dilakukan untuk mencari tikus jika ada laporan positif.

Termasuk bekerja sama dengan dinas pertanian, karena OPD tersebut sudah sering menangani tikus yang dianggap sebagai hama tanaman. Dan tidak lupa dinas lingkungan hidup, terkait menjaga lingkungan agar terbebas dari tikus.

Lanjutnya, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menerapkan pola hidup sehat dengan mencuci tangan sebelum makan, mengingat risiko kontaminasi air mentah.

“Menjaga lingkungan yang baik kalau ada sampah atau gundukan ditanam agar tidak jadi sarang tikus,” tutupnya.

Sebagai informasi, mengutip pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat, CDC, gejala yang ditimbulkan akibat leptospirosis. Yakni demam tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri otot, muntah, kulit dan mata kuning, mata merah, sakit perut, napas memendek, kaki tangan membengkak, batuk darah, diare dan ruam.

Parahnya penyakit ini tergantung dari orang yang terkena dan gejala-gejalanya. Sebab, virus ini dapat menginfeksi hati, ginjal, jantung, otak dan paru-paru. Oleh karena itu, apabila masyarakat merasakan gejala-gejala tersebut, dianjurkan segera periksa ke dokter. (*)

Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *