Jumat , Mei 3 2024
Euforia Pawai Sahur di Kembang Janggut, Jadi Ajang Seru-seruan dan Wadah Salurkan Kreatifitas
Penampakan pawai sahur di Hambau, Kecamatan Kembang Janggut, Kukar. (Istimewa)

Euforia Pawai Sahur di Kembang Janggut, Jadi Ajang Seru-seruan dan Wadah Salurkan Kreatifitas

Loading

Selain membangunkan orang sahur, pawai sahur menjadi ajang seru-seruan warga. Termasuk wadah salurkan kreatifitas.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Jarum jam membidik pukul 02.35 Wita dini hari, Desa Hambau, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara, kala Ramadan tahun 2024. Bintang yang sudah kenyang dengan dua mangkuk soto, 10 gorengan dan tiga gelas es campur buatan mamak terhenyak pulas di pelukan sang malam.

Sesekali ia membalikkan badan ke kanan dan kiri. Menarik selimut hingga menutup kaki. Kemudian, merajut mimpi bersama bintang terang secantik Sandra Dewi. Hembusan angin dari kipas duduk yang didapat dari lomba panjat pinang Agustus tahun lalu pun menjadi lagu nina bobo tersendiri yang kian membuai Bintang dalam gelapnya malam.

Namun, tiba-tiba Bintang terbangun. Linglung. Masih setengah sadar, suara ribut nan menggelar membuyarkan lamunannya. Terkesiap. Rumahnya bergetar. Pembaringannya yang berseprai hitam kotak bergetar. Ditengoknya jam dinding, bergetar. Bahkan, badannya ikut bergetar. Suara ledakan pun terdengar bersahut-sahutan. Gempa? Pikirnya. Mulai panik.

Jasa SMK3 dan ISO

Namun, teriakan musik yang terdengar hendak mengoyakkan gendang telinga membuatnya tersadar. Warga sedang pawai sahur. Suara puluhan muda mudi yang mengiringi kegiatan tahunan setiap Ramadan ini terdengar riuh. Bunyi klakson kendaraan beradu dengan nyanyian lagu house musik, dangdut, pop, dan apalah itu, yang menjadi penggugah kegiatan malam tersebut. Seperti tepat berada di sebelah sound sistem kondangan. Pekak, membunuh telinga.

“Gimana orang tidak terbangun untuk sahur, kalau musiknya ribut seperti ini. Kayak orang lagi party,” batinnya.

Pawai Sahur jadi Ajang Seru-seruan

Euforia Pawai Sahur di Kembang Janggut, Jadi Ajang Seru-seruan dan Wadah Salurkan Kreatifitas
Tangkapan layar euforia warga ikuti pawai sahur. (Istimewa)

Pawai sahur di salah satu kecamatan terujung Kabupaten Kukar ini, Kembang Janggut, memang disambut meriah. Sedikitnya empat desa terdekat  di kawasan kecamatan, Genting Tanah, Loa Sakoh, Hambau dan Kembang Janggut, berpartisipasi dalam ajang ini. Layaknya wadah untuk salurkan minat dan bakat. Serta, ajang seru-seruan, bahkan mempererat silaturahmi.

Baca Juga  Pengamat Ekonomi Tantang Calon Gubernur Stop Pengerukan Tambang di Kaltim

Mengingat, pernah redupnya eksistensi kegiatan yang dijadikan tradisi tahunan ini. Akibat ego tinggi pemuda antar desa. Perkumpulan yang demikian kerap memicu keributan. Sampai polisi turun tangan, dan pawai sahur antar desa ditiadakan.

Namun, tahun ini berbeda. Euforia kembali terasa, dan pemuda antar desa susun strategi baru. Pawai sahur menjadi wadah untuk unjuk gigi. Tidak  lagi melalui adu otot, apalagi adu mulut. Namun, adu rombongan pawai sahur sebagai salah satu bentuk eksistensi.

Setiap desa sedikitnya diwakili oleh satu sampai lima rombongan pickup. Lengkap dengan puluhan sound sistem kualitas tinggi yang disusun membentuk piramid sebagai alat tempurnya. Mirip kontes sound sistem. Tidak kalah jika diadu dengan sound sistem konser artis ibu kota. Tak jarang, kembang api dan petasan ditampilkan untuk meramaikan suasana.

Aldo, salah satu rombongan pawai sahur mengaku, tidak segan merogoh kocek hingga ratusan ribu sekali jalan demi terlaksananya pawai ini. Kata dia, ada semacam kesenangan tersendiri, berkeliling desa bersama teman-temannya dengan menggunakan pickup dan musik.

“Baru ikutan tahun lalu. Buat seru-seruan saja. Sambil membangunkan orang buat sahur,” katanya.

Bahkan, Bintang yang awalnya sempat kaget mendengar musik yang didendangkan rombongan pawai sahur. Kala musiknya terdengar sejak radius 2 kilometer, mengaku pernah mengikuti pawai. Menjadi iring-iringan dengan mengendarai roda dua bersama temannya.

Dinginnya malam pun tak jadi penghalang. Bahkan, embun yang sesekali membelai wajahnya ia nikmati bagai sapaan kawan lama. Yang mengajak bercengkrama sambil bertukar cerita.

Menurutnya, itu menyenangkan. Berkeliling antar desa menikmati malam. Apalagi, mereka tak seorang diri. Banyak warga yang ikut keluar untuk menikmati euforia pawai. Meski, esok hari kedua kelopak matanya bagai disapu lem pipa. Tidak dapat terbuka sebelum matahari melintasi separuh cakrawala.

Baca Juga  Agak Laen, Irfan Kembalikan Formulir Bacalon Wakil Wali Kota Bontang Pakai Angkot

“Enggak masalah. Karena yang paling ramai malam minggu. Besoknya libur. Apalagi malam terakhir sahur, itu yang paling seru. Termasuk, pawai lebaran. Jalanan sampai macet,” ujarnya.

Pawai Sahur dari Tahun ke Tahun

Pawai sahur merupakan semacam tradisi di setiap sudut kawasan di Indonesia. Fungsinya tak lain, untuk membangunkan orang sahur. Namun, seiring perkembangan zaman, cara orang untuk membangunkan sahur juga beragam. Bahkan, kebiasaan di setiap daerah berbeda, walau tak sedikit yang sama.

Sependek ingatan Bintang, dulu para remaja kampung kerap menggunakan dirigen bekas minyak bimoli 5 liter sebagai alat tempur untuk membangunkan warga sahur. Tak jarang, botol bekas marjan juga ikut dibawa untuk memeriahkan suara. Tak ada roda dua, apalagi roda empat. Hanya sandal swallow seharga Rp6 ribu dan sarung kotak-kotak bapak lah yang menjadi saksi bisu.

Perjalanan remaja kampung mengelilingi desa dengan kedua kakinya untuk membangunkan warga sahur. Maklum, saat itu jangankan roda dua atau roda empat, listrik menyala di malam hari saja sudah merupakan berkah. Mengingat, PLN belum menyentuh seluruh kawasan desa.

Namun, seiring perkembangan zaman, peralatan yang digunakan warga kian beragam. Dari penggunaan sound sistem dengan arak-arakan gerobak. Didorong oleh beberapa pemuda tanggung umur belasan. Hingga, penggunaan kuda besi beroda empat.

Pilihan musiknya pun beragam, tergantung selera musik si empunya. Namun, dulu musik yang digunakan cenderung lagu-lagu pop yang terkenal di masa itu, seperti lagu-lagu band Radja, Wali Band atau Kangen Band. Namun, kini pilihan musik yang digunakan kebanyakan EDM (electronic dance music), atau yang lebih dikenal dengan musik DJ. (*)

Penulis/Editor: Devi Nila Sari

cek juga!

Kesbangpol Gelar Sosialisasi Mekanisme Hibah Untuk Ormas di PPU

Kesbangpol Gelar Sosialisasi Mekanisme Hibah Untuk Ormas di PPU

Kesbangpol PPU gencar melaksanakan sosialisasi dan monitoring, salah satunya tentang mekanisme hibah. Kegiatan diadakan bertujuan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page