Dinkes Kaltim terus berupaya untuk percepatan penurunan stunting. Salah satunya, dengan perkuat koordinasi dengan dinas terkait. Sebab, hal ini merupakan tanggungjawab bersama.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Percepatan penurunan stunting masih menjadi isu serius di Tanah Benua Etam, sebutan lain Kaltim. Sebab, hingga saat ini target penurunan stunting di Kaltim masih jauh panggang dari api.
Dari target penurunan hingga 14 persen di 2024. Nyatanya, hingga 2023 angka prevelensi stunting Kaltim masih terbilang tinggi, yakni 23,9 persen. Bahkan, angka tersebut terbilang naik jika dibandingkan tahun 2021, mencapai 22,8 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim Jaya Mualimin mengungkapkan, pihaknya terus berupaya untuk menurunkan angka stunting. Salah satunya, dengan memperkuat koordinasi dengan sejumlah dinas terkait.
Seperti dinas pendidikan dan kebudayaan (Disdikbud), dinas sosial (Dinsos), dinas pekerjaan umum dan penataan ruang perumahan rakyat (DPUPR-PERA). Dinas pertanian, dinas perikanan, dinas tanaman pangan dan holtikultura, serta dinas perikanan.
Hal ini penting sebab salah satu fokus utama dalam mengatasi stunting adalah menciptakan lingkungan yang sehat. Dan hal ini tidak bisa hanya menjadi fokus dinkes saja, namun harus bahu membahu bersama instansi lain.
“Termasuk rumah layak huni dengan sanitasi yang baik dan akses air bersih,” tuturnya di Samarinda, Senin (9/10/2023).
Ada 12 Program Penurunan Stunting yang Harus jadi Fokus Bersama
Hal ini melibatkan kerja sama dengan dinas PUPR. Selain itu, dinsos juga terlibat dalam program keluarga harapan, yang memastikan keluarga yang membutuhkan bantuan memiliki kartu BPJS.
Dalam hal pemberian makanan bergizi, dinas pertanian, perikanan, dinas tanaman pangan dan holtikultura, dan dinas kelautan turut berperan penting. Selain itu, kesadaran ibu tentang pentingnya menyusui eksklusif dan pola asuh anak juga ditingkatkan melalui berbagai program seperti sekolah calon pengantin dan sekolah ibu hamil.
Ia menyebut, terdapat 12 program dalam intervensi spesifik yang dikerjakan, termasuk pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri dan perawatan kesehatan selama kehamilan. Setelah melahirkan, pemberian vitamin A bagi anak-anak dan makanan tambahan menjadi prioritas.
Imunisasi dasar lengkap bagi anak juga dijamin. Semua bayi dan anak rutin ditimbang, diukur tinggi badannya yang dipantau secara bulanan yang dapat dilaporkan dalam sistem TPPS yang sudah terintegrasi.
“Tadi sudah kita lihat kan data yang terintegrasi bisa kita lihat sebulan sekali melalui data geospasial, kita bisa lihat identitas bayinya beserta lokasi dan letak posyandu nya,” tutup Jaya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari