Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) membagikan 1.000 protein kepada masyarakat di Samarinda. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menekan angka stunting.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo menyampaikan target prevalensi stunting pada 2024, harus mencapai 14 persen. Target tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. Menanggapi hal ini, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pun membagikan 1.000 protein kepada masyarakat di Samarinda. Gerakan ini dilakukan bersama dengan Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (DPD IPeKB).
Sekretaris BKKBN Kaltim Al Khafid Hidayat mengatakan, sebagai upaya untuk menekan angka stunting maka diperlukan kerja sama dari berbagai sektor. “Kegiatan ini merupakan upaya dalam menurunkan angka stunting sebagaimana yang diamanatkan di Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021,” terangnya di Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur, Jumat (1/9/2023).
Pembagian 1.000 protein ini dimaksudkan untuk menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan ceria kepada 1.000 keluarga yang sudah menjadi sasaran. Selain itu, gerakan yang digelar bersama IPeKB ini juga diikuti dengan launching kegiatan bulan bakti pelayanan Keluarga Berencana (KB) Hari Kontrasepsi Sedunia Tahun 2023 yang jatuh pada 26 September mendatang.
Sebagai salah satu OPD yang punya core bussiness dalam perencanaan sebuah keluarga. Ia pun berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ber-KB khususnya metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD dan implan.
Sebagaimana diketahui, bahwa program KB baru di Kalimantan Timur baru mencapai angka 30 persen. Walaupun untuk peserta KB aktif sudah di atas target provinsi sebesar 62 persen dari targetnya hanya 57 persen.
Disampaikannya, dengan di launching-nya ini, pihaknya juga mengharapkan setiap keluarga nanti yang merupakan pasangan usia subur yang ingin ber-KB agar berbondong-bondong ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB.
Menurutnya, ketika mampu merencanakan kelahiran maka bisa merencanakan bayi-bayi yang sehat yang akan dilahirkan. “Dengan begitu maka kita telah bersama-sama memberikan kontribusi untuk menurunkan prevalensi stunting,” tandasnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Fajri Sunaryo