Pembangunan bendungan Telake di Paser ditunda. Hal ini terjadi karena ada pergantian kepemimpinan atau pergantian presiden.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kehadiran IKN di Tanah Benua Etam, sebutan lain Kaltim, sepertinya secara tidak langsung menambah beban Kalimantan Timur dalam hal pasokan pangan. Pasalnya, 200 ribu orang diperkirakan pindah ke tempat yang dinamai Nusantara ini.
Padahal hingga saat ini, Kaltim belum bisa mencapai swasembada beras. Meski saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim berusaha mengoptimalkan daerah-daerah yang menjadi lumbung padi.
Salah satu tempat yang berpotensi menjadi lumbung padi bagi Kaltim adalah Kabupaten Paser. Namun, untuk mewujudkan hal itu diperlukan infrastruktur penunjang lainnya. Seperti Bendungan Telake.
Sayangnya, pembangunan yang diharapkan menjadi penunjang produktivitas pertanian penyangga utama IKN Nusantara ini sedang tertunda. Padahal bendungan tersebut sudah masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak 2021 lalu.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kalimantan Timur, Sri Wahyuni mengatakan, penundaan ini diakibatkan oleh pergantian periode kepemimpinan di pusat.
“Karena periode pemerintahan nasional sudah berakhir tahun ini, akan direncanakan ulang tahun depan. Jadi penundaan saja,” tuturnya saat diwawancarai di Samarinda, Rabu (14/8/2024).
Meski diambil alih pemerintah nasional, Pemprov Kaltim tetap memperhatikan infrastruktur pendukung sentra pertanian. Pembangunan tersebut tetap dilakukan, baik melalui program nasional maupun regional.
Saat ini pihaknya tengah menyusun peta desain besar transformasi ekonomi. Salah satunya untuk menopang pengembangan sektor pertanian di wilayah IKN.
Sebenarnya, kata Sri, selain bendungan pihaknya sudah melakukan sejumlah upaya untuk mendukung sektor pertanian. Misalnya pemberian sumur bor bagi petani.
Menurutnya, hal ini bermanfaat bagi petani yang memerlukan sumber air namun terkendala oleh jarak.
“Kalau tidak memberikan dampak kan tidak melakukan pengadaan. Tapi ini kan memberikan dampak, karena pasokan air diperlukan,” tutupnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari