Kehadiran Pasar Wisata Ramadan di GOR Segiri Samarinda sangat disyukuri para pelaku UMKM. Dari Pasar Ramadan itu, para pelaku UMKM mendapatkan banyak keuntungan, lantaran jualan mereka banyak laku terjual.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Keberadaan Pasar Wisata Ramadan yang dihelat Pemerintah Samarinda di GOR Segiri tampaknya membawa begitu banyak berkas bagi pelaku UMKM. Pasalnya, keberadaan Pasar Wisata Ramadan memberikan peningkatan omzet yang terbilang cukup signifikan bagi pelaku UMKM yang membuka lapak atau tenant di tempat itu.
Salah satu pedagang yang ikut mengais rezeki di balik penyelenggaraan Pasar Wisata Ramadan Samarinda, yakni pria yang dipanggil Pak Inul. Pria yang kini berusia 53 tahun asal Jakarta itu, membuka keberuntungan usaha dengan menjual kerak telur khas masyarakat Betawi.
Kala berbagi cerita dengan wartawan media ini disela-sela kesibukannya menyiapkan kerak telur, Pak Inul mengaku sangat bersyukur bisa ikut membuka lapak di Pasar Wisata Ramadan Samarinda. Menurutnya, hampir semua masyarakat berlomba-lomba berburu makanan pembuka di tempat tersebut.
Dengan besarnya antusiasme masyarakat Kota Tepian, sebutan Samarinda, atas keberadaan pasar wisata tersebut, turut memberikan berkas bagi para pedagang di tempat itu. Lantaran jualan para pedagang menjadi buruan, sehingga memberikan peningkatan omzet penjualan yang cukup signifikan bagi para pedagang.
“Alhamdulillah dengan adanya Pasar Ramadan ini, kami sangat terbantu sebagai pelaku UMKM,” ucapnya sembari melemparkan senyum hangat kepada para penjual yang menunggu kerak telur olahan tangannya, Sabtu (24/3/2023).
Di sisi lain, para pedagang yang berjualan di tempat itu mengaku cukup bersyukur, karena Pemerintah Samarinda selaku penyelenggara Pasar Ramadan, tidak memunggut biaya secara khusus, misalnya pajak. Melainkan hanya menarik biaya untuk membayar stan atau tenant saja.
“Untuk pajak tidak ada. Hanya bayar stan saja. Untuk satu stan dikenakan biaya Rp4,5 juta,” ujarnya.
Jadi Langganan Setiap Kali Ada Pameran atau Pasar Ramadan
Pria asli Betawi tersebut sudah berjualan kerak telur selama 18 tahun di Samarinda. Terhitung sejak tahun 2005 silam. Ia mengaku kerak telur masih jadi primadona setiap Ramadan. Walaupun makanan tersebut asli betawi, namun tidak mengurangi minat masyarakat Samarinda dengan makanan tradisional ini.
Untuk harga 1 porsi kerak telur, cukup terjangkau, yakni dijual dengan harga Rp25 ribu untuk kerak telor ayam, dan Rp30 ribu untuk kerak telor bebek.
Pak Inul juga aktif mengikuti berbagai macam event atau pameran. Tujuannya untuk melestarikan kerak telor, dan memperkenalkannya ke anak-anak muda agar semakin banyak yang mengenal makanan tradisional.
Jajanan tradisional khas betawi eksis di Samarinda, di tengah riuhnya makanan kekinian. Tidak hanya sekedar sebuah makanan khas Betawi saja. Ternyata di balik keseluruhan rasanya yang gurih kerak telor juga menyimpan filosofi bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik.
Keberagaman bahan dan rempah pembuatan kerak telor mengandung makna kepemimpinan yang berada di atas perbedaan sifat individu di bawahnya. Perbedaan individu tersebut kemudian disatukan oleh sang pemimpin tercermin dari kehadiran telur yang menyatukan semua rempah. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id