
Komisi IV DPRD Samarinda ingatkan jangan sampai tren wisuda anak menjadi beban orang tua. Karena kondisi ekonomi setiap keluarga berbeda-beda.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Tren perpisahan dengan konsep wisuda kelulusan di kalangan anak-anak taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Termasuk, sekolah menengah atas (SMA) ramai menjadi perhatian publik, tak terkecuali DPRD Samarinda.
Pasalnya, konsep wisuda dengan menggunakan kebaya hingga toga tidak hanya dianggap berlebihan. Tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan kesulitan biaya dalam memenuhi kebutuhan wisuda tersebut.
Menurut Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda Damayanti, konsep tersebut sebenarnya kreatif dan menjadi momen spesial bagi anak-anak. Namun, ia tidak memungkiri, pastinya kegiatan yang demikian memerlukan biaya perayaan, mulai dari perlengkapan dan persiapan lainnya.
“Jika perayaan ini dilakukan atas kesepakatan bersama antara orang tua dan sekolah demi kesenangan anak-anak, maka sah-sah saja,” kata dia, Senin (20/5/2024).
Meski menyatakan dukungan terhadap perayaan perpisahan, namun ia mempertanyakan penggunaan toga dalam acara perpisahan TK. Menurutnya, penggunaan toga tidak seharusnya dilakukan pada anak-anak. Karena toga memiliki makna simbolik lebih sesuai untuk perguruan tinggi.
“Toga memiliki makna sakral, melambangkan pencapaian ilmu yang mendalam. Ada banyak makna yang tersirat dalam penggunaan toga,” jelasnya.
Menurut Politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, penggunaan toga dapat menimbulkan kesalahpahaman dan menambah beban finansial bagi orang tua.
Oleh karena itu, menyarankan, agar sekolah dan orang tua mempertimbangkan konsep perpisahan yang sesuai dengan tingkatan usia anak-anak. Yang sederhana dan tidak memberatkan orang tua siswa.
“Jangan sampai acara perpisahan memberatkan orang tua. Mengingat, kondisi ekonomi setiap keluarga berbeda-beda,” tutupnya. (Adv/dprdsamarinda)
Penulis: Dhion
Editor: Devi Nila Sari