Diperlukan Inovasi Baru untuk Bantu Pedagang
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Revitalisasi Pasar Pagi berdampak bagi pedagang. Setelah menempati area relokasi di Segiri Grosir Samarinda (SGS), pedagang mengeluh lantaran sepi pembeli.
Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda Purwadi sebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda maupun OPD-OPD terkait harus secepatnya memantau kendala para pedagang. Peran pemerintah, kata dia, yang harus hadir.
“Pemkot harus bantu. Apakah nanti dibantu melalui marketing digital. Promosi lewat digitalisasi lewat media sosial dan sebagainya,” katanya.
Selain itu kata Purwadi, pemerintah juga bisa membuat event yang dapat menarik pelanggan untuk hadir ke SGS. “Katanya dulu mimpinya mau seperti pasar di Tanah Abang di Jakarta,” ucapnya.
Purwadi mengingatkan, jangan sampai pedagang Samarinda kalah dengan media sosial yang juga memasarkan produk impor. “Tanah Abang juga mulai rontok lantaran gempuran produk impor. Produk impor ini sebarannya ke banyak kota-kota besar di Indonesia. Jangan sampai UMKM kita kalah,” ujarnya.
“Kalau begini dibiarkan, seperti ayam kehilangan induk. Bisa saja dilibas oleh produk-produk asing,” tambahnya.
Ia menyampaikan, untuk membangun Samarinda, tentu perlu adanya inovasi-inovasi baru. Tak hanya inovasi, pemerintah juga berkewajiban memantau pedagang agar tidak salah mengambil keputusan.
“Hari ini sedang ramai terkait melimpahnya produk impor seperti sepatu, baju, barang elektronik dari negara tetangga. Itu berdampak sampai ke Pasar Tanah Abang Jakarta dan Yogyakarta. Bahkan toko-toko batik banyak yang tutup. Jangan sampai hal ini juga terjadi di Samarinda,” pesannya.
Sesalkan Ada Biaya Renovasi Bagi Pedagang
Purwadi pun menyayangkan terdapat biaya renovasi lapak yang dibebankan kepada pedagang. Ia mempertanyakan mengapa harus dibebankan ke para pedagang, kenapa tidak dibantu oleh pemerintah.
“Itu yang mungkin di luar dugaan para pedagang, pedagang harus ada tambahan biaya biaya renovasi. Saya kira di tempat itu dulu tinggal ditempati saja gitu loh,” jelas Purwadi.
Sebelumnya, salah satu pedangan emas yang enggan namanya diberitakan mengaku, mulai awal pindah dari Pasar Pagi ke SGS, kini omzetnya menurun. Awalnya, ia mengira SGS sudah siap ditempati untuk lapak jualan. Namun rupanya perlu perbaikan lapak dengan biaya ditanggung masing-masing pedagang.
“Memang tidak ada biaya sewa, hanya kami keluar uang hampir Rp10 juta untuk biaya pemasangan plafon. Besaran biaya sesuai dengan ukuran ruko yang mau ditempati,” jelasnya, Selasa (23/7/2024). (*)
Penulis: Dhion
Editor: Redaksi Akurasi.id