Pengamat Nilai Rencana Tranformasi Ekonomi Kaltim Jauh dari Kenyataan

Devi Nila Sari
4 Views
Pengamat: Rencana Transformasi Ekonomi Kaltim Jauh dari Kenyataan

Pengamat Ekonomi dari Universitas Mulawarman Purwadi menilai rencana transformasi ekonomi Kaltim yang kerap digaungkan pemerintah masih jauh dari kenyataan.

Kaltim.akurasi.id, SamarindaPemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) tengah berupaya melakukan transformasi ekonomi dengan fokus pada sektor ekonomi hijau dan biru. Meninggalkan ketergantungan pada sektor ekstraktif, seperti batu bara.

Namun, ambisi ini tak berjalan mulus, mengingat tantangan besar yang dihadapi daerah ini, terutama dalam sektor infrastruktur dan kelestarian lingkungan.

Seperti yang diungkapkan oleh Purwadi, Pengamat Ekonomi dari Universitas Mulawarman (Unmul), rencana ini dinilai masih jauh dari kenyataan. Purwadi menyebut, masyarakat Kaltim masih sangat bergantung pada sumber daya alam, terutama batu bara, yang dianggap lebih menguntungkan.

“Menyala batu bara ilegal, begitu ya kira-kira ucapan anak zaman sekarang. Kalau harga batu bara gila-gilaan orang lebih suka keruk-keruk,” ucapnya saat dihubungi via seluler, Sabtu (14/12/2024).

Purwadi: Infrastruktur Dulu Diperbaiki, Baru Menarik Wisatawan

Akademisi Unmul menambahkan, dalam upaya mengembangkan ekonomi hijau dan biru, harus ada keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan ekologi.

Menurutnya, banyak orang hanya berfokus pada pencapaian ekonomi tanpa mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan. Ia pun menyoroti ketegasan yang masih kurang dari pemerintah dalam menjalankan transformasi ini.

“Harus ada ketegasan antara ilmu ekonomi dan lingkungan,” katanya.

Selain itu, sektor pariwisata yang diharapkan menjadi salah satu andalan baru pun menghadapi ancaman. Misalnya, kasus yang terjadi di Berau, di mana pengunjung yang berenang menggunakan tabir surya mengakibatkan hilangnya ubur-ubur, salah satu keunikan alam setempat.

Meski anggaran tersedia, tanpa dukungan yang kuat dalam pengelolaan infrastruktur dan alokasi dana yang tepat, dikatakannya, transformasi ini akan sulit terwujud.

Purwadi juga menyinggung pentingnya infrastruktur yang mendukung aksesibilitas pariwisata, terutama menuju daerah-daerah pedalaman seperti Berau dan Mahulu.

“Infrastruktur jalan darat dari Samarinda menuju Berau 16 jam tahan kah pinggang? Belum lagi jalan rusak,” ujarnya.

Menurutnya, tanpa perbaikan infrastruktur yang memadai, wisatawan tidak akan tertarik berkunjung, dan potensi ekonomi baru dari sektor ini pun tidak akan maksimal.

“Infrastruktur dulu diperbaiki, baru bisa menarik wisatawan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari

 

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *