Jadi Tradisi Lebaran Saat Hari Raya, Begini Sejarah Ketupat di Indonesia

Suci Surya
5 Views
Ilustrasi ketupat saat hari raya. (Wikipedia/Meutia Chaerani)

Sejarah ketupat di Nusantara dapat ditelusuri sejak masa penyebaran Islam oleh Wali Songo di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga disebut-sebut sebagai tokoh yang memperkenalkan tradisi ketupat kepada masyarakat Jawa.

Kaltim.akurasi.id, Bontang – Di Indonesia, saat lebaran kurang afdol jika tidak ada sajian ketupat di atas meja. Makanan khas berbahan dasar beras yang dibungkus anyaman daun kelapa muda ini bukan sekadar kuliner biasa, tetapi juga menyimpan makna filosofis yang mendalam.

Ada 2 bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut tujuh (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang dan lebar, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Sejarah ketupat di Nusantara dapat ditelusuri sejak masa penyebaran Islam oleh Wali Songo di Pulau Jawa. Sunan Kalijaga disebut-sebut sebagai tokoh yang memperkenalkan tradisi ketupat kepada masyarakat Jawa. Ketupat memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan ajaran Islam, terutama dalam konsep meminta dan memberi maaf.

Dalam bahasa Jawa, ketupat disebut “kupat,” yang merupakan singkatan dari “ngaku lepat,” atau mengakui kesalahan. Ini mencerminkan tradisi Lebaran di mana umat Muslim saling bermaaf-maafan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Selain itu, anyaman daun kelapa yang membungkus ketupat juga melambangkan keterikatan sosial dalam masyarakat yang kuat dan saling mendukung.

Ketupat tidak hanya berkembang di Jawa, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia dengan variasi penyajiannya. Di Sumatra, ketupat sering disajikan dengan gulai daging atau rendang. Di Betawi, ketupat biasanya disantap bersama sayur godog. Sementara itu, di daerah pesisir, ketupat sering dikombinasikan dengan lauk berbasis ikan.

Tak hanya di Indonesia, ketupat juga dikenal di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Brunei, yang memiliki budaya serupa. Meski cara penyajian berbeda, makna filosofis ketupat sebagai simbol kebersamaan dan ketulusan tetap terjaga.

Seiring perkembangan zaman, tradisi membuat ketupat secara manual mulai berkurang. Banyak masyarakat yang kini memilih membeli ketupat instan yang lebih praktis. Namun, bagi sebagian orang, proses menganyam ketupat tetap menjadi tradisi yang diwariskan turun-temurun, terutama di daerah pedesaan.

Lebih dari sekadar makanan, ketupat menyimpan simbolisme yang kaya. Bentuk anyaman janur melambangkan kesalahan dan dosa manusia yang saling terkait, sementara bagian dalamnya yang putih setelah dikupas mencerminkan hati yang kembali bersih setelah Ramadan.

Di era modern, ketupat tetap menjadi simbol kebersamaan dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tak hanya disajikan saat Lebaran, ketupat juga menjadi makanan khas dalam berbagai perayaan adat di Nusantara.

Dengan nilai sejarah dan filosofinya yang mendalam, ketupat bukan hanya sekadar hidangan Lebaran, tetapi juga warisan budaya yang terus hidup di tengah masyarakat Indonesia. (*)

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *