Dinkes Kaltim mendorong penerapan teknologi Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS) di rumah sakit daerah untuk meningkatkan layanan urologi. Teknologi bedah tanpa sayatan ini dinilai lebih aman dan efektif dalam penanganan batu ginjal.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, Jaya Mualimin, mengapresiasi pelaksanaan workshop internasional yang membahas penerapan teknologi Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS) di RSUD AW Sjahranie. Menurutnya, adopsi teknologi ini penting untuk meningkatkan kualitas layanan urologi di Kaltim.
“Mengeksplorasi inovasi teknologi terkini dalam RIRS tentunya akan meningkatkan kompetensi multidisiplin peserta melalui integrasi pembelajaran teoritis, pelatihan praktis, dan pertukaran pengetahuan berbasis bukti (evidence-based practice),” ujarnya saat memberikan sambutan di Samarinda, Rabu (18/10/2026).
Sebagai informasi, Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS) adalah prosedur bedah minimal invasif di bidang urologi yang digunakan untuk menangani batu ginjal dan gangguan saluran kemih bagian atas. Teknik ini dilakukan tanpa sayatan, dengan cara memasukkan ureteroskop fleksibel melalui saluran kemih—dari uretra, kandung kemih, hingga ke ginjal.
Setelah mencapai lokasi batu, alat penghancur laser digunakan untuk memecah batu menjadi fragmen kecil. Fragmen tersebut kemudian dapat dikeluarkan atau dibiarkan keluar secara alami melalui urin.
RIRS dinilai lebih aman dibanding metode konvensional seperti Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) maupun Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL). Jika dibandingkan dengan PCNL yang memerlukan sayatan kecil di kulit, RIRS menawarkan sejumlah keunggulan, seperti risiko infeksi yang lebih rendah, waktu pemulihan yang lebih cepat, serta lebih cocok untuk pasien dengan batu ginjal kecil hingga sedang atau anatomi ginjal yang kompleks.
Berkat efektivitasnya dan risiko yang minim, RIRS kini menjadi salah satu metode unggulan dalam penanganan batu ginjal modern—terutama jika didukung oleh tenaga medis yang kompeten dan fasilitas yang memadai.
Sementara itu, Plt Direktur RSUD AW Sjahranie, dr. Indah Purpita Sari, menjelaskan bahwa meskipun teknologi RIRS memiliki potensi besar dalam dunia kedokteran, penerapannya secara luas masih menghadapi tantangan.
“Salah satu kendala utama adalah perbedaan anatomi pasien, serta risiko komplikasi seperti perforasi ureter hingga sepsis, yang membutuhkan keterampilan teknis tinggi dari tenaga medis,” jelasnya.
Dengan pelatihan berkelanjutan dan dukungan teknologi, diharapkan RIRS bisa menjadi standar layanan urologi modern di Kaltim ke depan. (Adv/DiskominfoKaltim/yed)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id