Psikiater RSUD Taman Husada Bontang juga menyoroti pentingnya mendorong pasien untuk tetap beraktivitas. Sebab banyak keluarga membiarkan pasien yang menarik diri, tak mau makan, atau hanya diam di kamar.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Psikiater RSUD Taman Husada Bontang, dr. Dewi Maharni, M.Sc., Sp.KJ, menjelaskan bahwa makna sembuh dalam psikiatri tidak selalu berarti lepas total dari obat. Namun peran dan keluarga pasien juga berperan penting.
Dalam psikiatri, sembuh bukan berarti harus berhenti konsumsi obat. Sembuh artinya pasien bisa kembali berfungsi secara sosial dan menjalankan peran dalam kehidupannya. Yang terpenting dalam hal ini adalah penderita bisa kembali menjalankan aktivitas sehari-hari.
“Kalau pengobatannya tepat dan teratur, penderita skizofrenia atau bipolar bisa tetap menjalankan perannya dalam masyarakat sebagai ayah, ibu, guru, murid, maupun pekerja,” ujarnya.
Namun, keberhasilan pemulihan bukan hanya bergantung pada konsumsi obat. Dukungan dari lingkungan sosial, terutama keluarga, memiliki peran besar dalam proses penyembuhan. Menurut dr. Dewi, keluarga adalah garda terdepan dalam membantu pasien menjalani pengobatan dengan teratur. Ia menambahkan, pasien gangguan jiwa kerap berhenti minum obat setelah menurutnya membaik. Hal inilah yang sering menjadi penyebab kambuhnya gejala. Bahkan, beberapa keluarga justru menghalangi pengobatan karena khawatir efek samping.
“Keluarga harus jadi pengawas utama dalam minum obat. Karena tidak semua pasien sadar bahwa mereka sakit. Banyak yang merasa sehat, sehingga menolak minum obat,” jelasnya.
Dukungan emosional juga tak kalah penting. Lingkungan sekitar harus bisa menciptakan suasana aman dan tidak menghakimi. Dokter Dewi melarang keras kalimat negatif seperti “kamu bikin susah” atau “kamu menyusahkan keluarga” karena akan memperburuk kondisi pasien.
“Kita harus rangkul mereka, perlakukan seperti orang pada umumnya. Ajak mereka ikut kegiatan sederhana seperti bersih-bersih rumah atau makan bersama. Jangan biarkan mereka merasa sendiri,” tutur dr. Dewi.
Baca Juga
Kondisi terburuk yang bisa terjadi adalah ketika pasien merasa tidak berguna dan tak ada yang peduli. Pikiran tersebut dapat memicu keinginan bunuh diri, terutama pada pasien dengan depresi berat. Ia juga menyoroti pentingnya mendorong pasien untuk tetap beraktivitas. Banyak keluarga membiarkan pasien yang menarik diri, tak mau makan, atau hanya diam di kamar. Padahal, mereka justru membutuhkan dukungan untuk bangkit.
“Kalau sudah merasa tidak dihargai dan tak mendapat motivasi dari lingkungan, pasien bisa berpikir: ‘aku ini enggak layak hidup, mending mati saja’,” ujarnya.
Melalui perawatan medis yang konsisten dan dukungan lingkungan yang empatik, pasien gangguan mental bisa kembali berfungsi dan menjalani hidup secara produktif. Harapannya, masyarakat bisa semakin terbuka dan tidak lagi mengucilkan orang dengan gangguan jiwa.
“Ayo sama-sama kita rangkul teman kita yang mungkim sudah terlihat murung atau kekurangan motivasi hidup. Jangan biarkan mereka sendiri apalagi sampai peristiwa buruk bunuh diri seperti kemarin terulang lagi,” imbaunya. (adv/rsudtamanhusadabontang/cha/uci)
Penulis: Siti Rosidah More
Editor: Suci Surya Dewi