Cerita Hari Pertama MBG di SDN 003 Penajam

Riuh tawa dan aroma ayam bakar mengisi kelas 5x5 meter di SDN 003 Penajam. Ompreng—paket makanan lengkap berisi nasi, sayur, tempe, ayam, dan semangka—diserbu murid-murid dengan antusias. Beberapa siswa memakan habis, beberapa lagi menyisakan untuk dibawa pulang.
Fajri
By
2.8k Views

Kaltim.akurasi.id, Penajam Paser Utara – Pukul 10.00 WITA, kelas 5×5 meter di SD Negeri 003 Penajam mendadak riuh. Murid-murid yang duduk rapi di bangku masing-masing menatap penuh semangat ke arah meja, tempat wali kelas membagikan ompreng berisi Makanan Bergizi Gratis (MBG). Botol minum bertema karakter kesukaan anak-anak tersusun di meja, bersiap menemani nasi putih, ayam bakar, tempe goreng, tumis sayur sawi, dan sepotong semangka yang dibungkus plastik bening.

Sebelum makan, anak-anak dengan tertib mengantre mencuci tangan. Walau sendok telah tersedia, langkah sederhana itu jadi bentuk antisipasi keracunan. Suasana kelas yang semula tenang berubah menjadi riuh, tawa dan canda anak-anak bersahutan. Sebagian tampak lahap menyantap makanannya, sebagian lagi hanya memakan sebagian karena sebelumnya sudah sarapan. Ada yang memilih membawa sisa makanannya pulang.

“Aku bawa pulang saja, sayang kalau tidak habis,” ujar seorang anak sambil menyendok sisa makanannya.

Di sela kegembiraan itu, Kepala Sekolah SDN 003 Penajam, Ardiani, mengamati dengan seksama. Ia menjelaskan program MBG ini baru dimulai hari ini, Rabu (1/10/2025), setelah sebelumnya sekolah melaksanakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Total 342 paket makanan disiapkan untuk mengakomodir anak-anak dari kelas 1 hingga 6.

“Reaksi anak-anak bermacam-macam. Ada yang suka, tapi tidak habis karena sudah sarapan. Tahap awal ini kami tinjau dulu apakah anak-anak menghabiskan makanannya atau tidak. Jika tidak habis, kami akan koordinasikan dengan pihak SPPG,” kata Ardiani.

Ardiani menekankan, anak-anak tetap dianjurkan sarapan sebelum MBG, dan setiap proses kebersihan diawasi ketat. Ompreng kosong dikumpulkan, anak-anak berlari ke lapangan, menikmati sela-sela kegembiraan sebelum kembali belajar.

Dapur SPPG: Di Balik Layar MBG

Tak jauh dari sekolah, sekitar 300 meter, berdiri dapur Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) yang menjadi pusat distribusi MBG. Ruangannya rapi, dilengkapi poster edukasi gizi, sekat sterilisasi, dan peralatan masak stainless steel. Aroma masakan hangat sesekali menyambut langkah kami.

Ahli Gizi SPPG, Agnes Asteriapioh, menjelaskan, tahap awal distribusi meliputi 1.515 porsi, dari PAUD hingga SMP, termasuk PIC sekolah. Porsi disesuaikan dengan usia: kecil untuk PAUD–kelas 3 SD, sedang untuk kelas 4–6 SD, besar untuk SMA dan ibu hamil/menyusui.

“Tahap pertama ini belum mencakup posyandu balita. Kami masih adaptasi, berjalan menyesuaikan kondisi di lapangan,” ujar Agnes.

Proses memasak dimulai pukul 01.00 WITA, dilanjutkan dengan pendinginan dan pemorsian 3–4 jam sebelum dikemas. Pengantaran dimulai pukul 09.00 hingga 10.00 WITA, dengan pengiriman kedua untuk sekolah yang masuk siang.

Namun, di balik semangat itu, tantangan muncul. Keterbatasan bahan dari supplier dan anggaran PSN membuat penghitungan gizi menjadi rumit.

“Kami bekerja sama dengan supplier lokal dan dari Balikpapan. Kadang tidak mencukupi, tapi pengawasan ketat tetap dijalankan agar gizi siswa terpenuhi. BGN harus lebih tegas dalam SOP agar tidak terpengaruh pihak manapun,” tegas Agnes.

SPPG mengakomodir TK BINA, TK Anggrek Putih, TK Taman Seminaris Santa Maria, SDN 016, 039, 006, 033, dan SMP 22 Penajam. Di balik riuh tawa anak-anak, ada kerja keras tim dapur, chef yang memasak sejak subuh, dan ahli gizi yang memastikan setiap porsi memenuhi standar gizi. (*)

Penulis: Nelly Agustina
Editor: Redaksi Akurasi.id

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menu Vertikal
Menu Sederhana