Kabar pasien sengaja dicovidkan berhembus. Dewan pun meminta pihak RSIB klarifikasi kabar pasien sengaja dicovidkan tersebut.
Akurasi.id, Bontang – Anggota Komisi I DPRD Bontang, Abdul Haris menyoroti tindakan medis dari Rumah Sakit Islam Bontang (RSIB). Hal ini lantaran terdapat berita yang menyatakan seorang pasien meninggal dan sengaja dicovidkan oleh pihak RS.
Ia meminta kepada pihak RSIB segera memberikan kejelasan terkait berita yang tersebar, mengenai pasien yang meninggal dan sengaja dicovidkan tersebut.
Menurutnya, RSIB merupakan salah satu RS yang dikenal memiliki citra baik bagi masyarakat Bontang. Ia meminta pihak RSIB agar menerangkan kronologi tanpa ada hal yang ditutupi.
“Ini keluarga pasien merasa tidak terima dengan diagnosa, lantaran tidak ada rincian penyakit yang jelas dari pihak RS. Jadi saya minta pihak RS beri kejelasan agar informasi yang tersebar tidak simpang siur di luar sana,” jelasnya saat menggelar rapat gabungan DPRD Bontang yang dihadiri Direktur RSIB, Ketua Perhimpunan Rumah Sakit seluruh Indonesia Kota Bontang, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bontang, Manajemen RSUD Taman Husada Bontang, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, Senin (26/9/2022).
[irp]
Kronologi Kejadian
Menanggapi hal itu, Direktur Utama RSIB, Hari Prasetyo menerangkan, bahwa sebelumnya pasien datang dengan keluhan batuk dan pilek.
Dikatakan Hari, pasien tersebut mengaku telah menderita sesak napas selama lima hari dan tidak kunjung sembuh, walau sudah melalui pengobatan di beberapa tempat.
“Saya ingat dia datang itu Selasa tanggal 13 September kemarin hampir jam 10 pagi. Katanya mengeluh sesak napasnya dan sudah berobat ke puskesmas tapi tidak ada perubahan. Nah pas kami coba periksa ternyata memang ada riwayat asma yang pasien derita, ditambah lagi pasien mengaku belum vaksin sama sekali,” terangnya.
Melihat kondisinya yang parah, lantas tenaga kesehatan segera mengambil tindakan dengan cara membawanya ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan dipasangi selang oksigen untuk mempermudah pasien dalam bernafas.
“Di kondisi saturasi yang hanya 82 persen maka kita segera ambil tindakan,” jelasnya.
Selama di IGD, pasien melewati sejumlah penanganan, pasien terindikasi terkena covid dan saturasinya menurun hingga 72 persen.
“Kita sudah berikan penanganan termasuk test covid, kita lihat kondisinya semakin menurun, tadi 82 persen sekarang jadi 72 persen,” bebernya.
Melihat kondisi pasien yang semakin terpuruk, pihak RS segera mengambil tindakan dengan membawanya ke ruang ICU Isolasi.
[irp]
Ruang ICU Rumah Sakit Rujukan Penuh Semua
Sayangnya, ruang ICU yang dimiliki pihak RS penuh. Sehingga pasien berdasarkan persetujuan keluarga, dilarikan ke RSUD untuk mendapat penanganan yang lebih intensif. Namun lagi-lagi kondisi ruangan penuh.
“Sudah kami upayakan. Jalan terakhir kami coba menghubungi pihak RS PKT untuk menangani pasien ini, sayangnya kondisinya semakin cepat menurun,” imbuhnya.
Hingga pukul 12.55 WITA, pasien mengalami kejang-kejang dan urat nadi sudah tidak terasa lantas dinyatakan meninggal pada pukul 13.10 WITA.
Setelah itu, pihak RS segera berkoordinasi dengan pihak dinkes terkait pemulasaran jenazah dan pada pukul 16.00 WITA jenazah telah dikebumikan.
“Pasien kami nyatakan meninggal. Saat itu keluarga sudah kami beritahu juga untuk segera dilakukan pemulasaran jenazah,” paparnya.
Dikatakan Hari, pihaknya merasa penanganan yang dilakukan sudah sesuai prosedur sehinggaa ia menilai tidak ada kecurangan yang dilakukan. (*)
Penulis: Rizky Jaya
Editor: Yusva Alam