Samarinda jadi tuan rumah DBSK XVI, ajang sastra serantau yang diikuti sastrawan dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei pada 17–19 Juni 2025.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Ratusan sastrawan dari tiga negara—Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam—dijadwalkan akan berkumpul di Benua Etam, Kalimantan Timur. Mereka akan mengikuti Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DBSK) XVI yang digelar di Samarinda pada 17–19 Juni 2025 mendatang.
Minat terhadap kegiatan ini cukup tinggi. Dari total lebih dari 300 orang yang mendaftar, hanya 200 peserta yang dapat diakomodasi panitia. Antusiasme ini sekaligus mematahkan anggapan bahwa minat terhadap dunia sastra mulai meredup.
Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kalimantan Timur, Syafril Teha Noer, menyampaikan bahwa DBSK XVI bukan hanya ajang silaturahmi para pelaku sastra dan budaya Borneo, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkuat pemajuan bahasa, sastra, dan budaya Melayu di kawasan ini.
“Acara ini tak hanya membahas perkembangan bahasa dan sastra, tetapi juga jadi media untuk melahirkan ide-ide penguatan kebudayaan,” jelasnya dalam jumpa pers di Hotel Harris Samarinda, Senin (9/6/2025).
Mengusung tema “Sastra Memperkaya Jiwa, Sastra Memperkasa Bangsa, Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu: Merawat Estetika dan Dudaktika”, DBSK XVI menghadirkan serangkaian agenda yang padat.
Rangkaian kegiatan akan dibuka secara resmi di Hotel Harris Samarinda pada Selasa (17/6/2025). Dilanjutkan dengan dialog dan seminar utama pada Rabu (18/6/2025), dan ditutup dengan Muhibah Budaya ke Tenggarong, Kutai Kartanegara, pada Kamis (19/6/2025), khusus bagi peserta dari luar Kalimantan Timur.
Sastrawan Kaltim Amien Wangsitalaja mengungkapkan bahwa DBSK kali ini juga menjadi ajang penerbitan karya sastra. Sebanyak dua buku akan diterbitkan sebagai dokumentasi acara.
Buku pertama merupakan antologi puisi berjudul Jejak Perigi di Tangga Melayu, berisi karya dari 150 penyair peserta DBSK yang telah dikurasi. Buku ini akan diluncurkan sebelum acara dimulai.
Sementara itu, buku kedua berjudul “Perbincangan”, yang berisi kumpulan makalah dari para pemateri seminar.
“Kami ingin memberi ruang bagi para karyawan—sebutan untuk penghasil karya sastra—agar hasil pemikirannya dapat terdokumentasi dan dinikmati lebih luas,” ujar Amien.
Acara tahunan ini diharapkan mampu mempererat jaringan sastrawan se-Borneo serta memperkaya khasanah sastra Melayu di tingkat regional maupun internasional. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id