Pakai Kata “AMIN” Sebagai Tagline, Apakah Pasangan Anies-Cak Imin Politisir Narasi Agama? Ini Tanggapan Pengamat!

Fajri
By
61 Views
Pasangan Capres RI Anies Baswedan dan Cawapres Muhaimin Iskandar. (Istimewa)

Agar lebih dikenal masyarakat, pasangan Anis-Cak Imin menggunakan tagline Amin. Biasanya kata ini diucapkan oleh seorang umat beragama pada waktu berdoa atau sesudah berdoa. Penggunaan kata itu lantas menimbulkan tanya di masyarakat. Apakah mereka mempolitisir narasi agama untuk kepentingan politik?

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar menjadi salah satu dari pasangan Calon Presiden (Capres) dan Wakil Calon Presiden (Wacapres) Republik Indonesia (RI) yang akan berlaga di pemilihan presiden 2024. Agar lebih dikenal masyarakat, mereka menggunakan tagline Amin yang disingkat dari nama keduanya.

Sebelumnya Amin merupakan sebuah kata yang akrab di telinga masyarakat Indonesia. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Amin memiliki arti terimalah, kabulkanlah, demikianlah hendaknya. Biasanya kata ini diucapkan oleh seorang umat beragama pada waktu berdoa atau sesudah berdoa.

Melihat kesamaan dari kata tersebut, lantas menimbulkan tanya di masyarakat. Apakah keduanya mempolitisir narasi agama untuk kepentingan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Menanggapi itu, Pengamat Politik dari Universitas Mulawarman Budiman Chosiah mengatakan, hal ini harusnya tidak menjadi masalah. Ia menganggap ini merupakan sebuah strategi politik. Karena kata Amin yang digunakan Anis-Cak Imin lebih mudah diingat dan dipahami oleh masyarakat.

“Jika melihat dari konteks agama, kata Amin digunakan oleh pemeluk islam dan kristen. Meski kalau dicocokkan bisa jadi mengarah untuk meraih simpati dan suara pemeluk agama ini,” tuturnya saat dihubungi melalui seluler, Kamis (19/10/2023).

Apabila ditilik dari politik identitas. Kata Amin merujuk pada dua agama. Sehingga ia melihat ini tidak memiliki potensi untuk memecah belah masyarakat. Namun, ia menilai tagline ini justru bisa menjadi senjata bagi oposisi.

“Setiap orang kan punya kecenderungan yang berbeda-beda. Itu bisa diperbesar, ” tuturnya.

Senada dengan Budiman, Pengamat hukum Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah mengatakan hal ini bukanlah sebuah masalah.

“Tergantung intensinya. Kalau kata Amin itu hanya sebatas simbol dan jargon, enggak ada masalah,” tuturnya dalam sebuah keterangan tertulis.

Penggunaan kata Amin sebagai tagline dari pasangan tersebut tidak akan menjadikan urusan ibadah dibawah tindakan politik. Dan tidak pula menghentikan warga untuk mengucapkannya setiap doa.

“Sama dengan baju kotak-kotak Jokowi dulu, apa berarti warga tidak bisa menggunakan baju yg sama? Kan enggak!” jelasnya. (*)

Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Fajri Sunaryo

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *