Dinkes Kaltim Mendorong Pemberdayaan Ekonomi Penderita TBC. Agar Penderita TB Memiliki Penghasilan Tambahan dan Tidak Jenuh Selama Pengobatan.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) meluncurkan program inovatif untuk memberdayakan pasien Tuberkulosis (TBC) melalui kegiatan ekonomi menengah mikro dan kecil (UMKM). Program ini diharapkan dapat membantu pasien menyelesaikan pengobatan mereka yang memakan waktu lama, sekaligus meningkatkan taraf hidup mereka dan keluarga.
Kepala Dinkes Kaltim, dr. Jaya Mualimin menjelaskan, bahwa program ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka penderita TBC di Kaltim yang terus meningkat setiap tahunnya.
“Tahun lalu ada 16 ribu, tahun ini ada sekitar 21.600 penderita TBC,” ungkap dr. Jaya saat dikonfirmasi melalui seluler, Senin (1/7/2024).
Kegiatan ini dibuat agar penderita memiliki kegiatan positif dan tidak merasa jenuh. Sehingga tidak putus pengobatan. Ia mengungkapkan, salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka putus pengobatan TBC adalah kejenuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang bisa berlangsung selama 1 hingga 2 tahun.
“Maka kita lakukan pemberdayaan agar mereka bisa menyelesaikan program pengobatannya,” ujar dr. Jaya.
Pasien TBC Diharapkan Punya Usaha Sendiri
Pemberdayaan yang dilakukan meliputi pelatihan dan pendampingan dalam memulai dan mengembangkan usaha UMKM. Pasien akan dibantu dalam berbagai hal, seperti akses permodalan, pemasaran, dan pelatihan manajemen usaha.
“Harapannya, dengan memiliki usaha sendiri, pasien TBC akan memiliki penghasilan tambahan dan termotivasi untuk menyelesaikan pengobatan mereka,” jelasnya.
Program ini merupakan inisiatif Dinkes Kaltim dan akan dijalankan mulai tahun ini. Dinkes Kaltim akan menjalin kerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi, dan UKM (Disperindagkop dan UKM) Kaltim, Dinas Sosial (Dinsos) Kaltim, serta pelaku ekonomi kreatif untuk mendukung program ini.
“Kami ingin minimal kalaupun ikut program pemberdayaan ekonomi mikro kecil itu satu tahun bisa selesai dan mengembangkan sendiri,” katanya.
Dinkes Kaltim berharap program ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia dalam memerangi TBC. “Kami sudah komunikasi dengan Kementerian Kesehatan dan mereka sangat mendukung program ini,” tambahnya.
Pemerintah Indonesia menargetkan Indonesia bebas TBC pada tahun 2030. Dinkes Kaltim optimis bahwa program pemberdayaan ekonomi mikro kecil ini dapat membantu mencapai target tersebut. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari