Jalan penghubung Merdeka-Sambutan, Samarinda, amblas. Saat ini jalur tersebut tidak dapat digunakan.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Jalur yang menghubungkan Jalan Merdeka Timur-Sultan Alimuddin dikabarkan amblas atau putus total. Hal ini menyebabkan jalur yang biasanya menjadi jalan alternatif (tembusan) Kecamatan Sungai Pinang dan Kecamatan Sambutan atau Pelita 3, Samarinda, tersebut tidak dapat dilalui untuk sementara.
Hal inipun memicu keluhan masyarakat, lantaran belum genap satu tahun jalan tersebut diresmikan. Peresmiannya baru dilakukan oleh Wali Kota Samarinda Andi Harun pada Maret 2024 lalu. Diketahui, proyek yang menelan anggaran Rp28 miliar ini diharapkan menjadi solusi aksesibilitas antar kecamatan.
Salah satu pengguna jalan, Ismail Malika menyatakan kekecewaannya, atas kondisi jalan yang sudah rusak hanya dalam hitungan bulan.
“Baru saja beberapa bulan diresmikan, sudah rusak lagi. Harusnya kan tahan lama, tapi ini baru beberapa bulan sudah rusak,” kata Ismail, Sabtu (4/1/2024).
Baca Juga
Ia mengatakan, bahwa jalan alternatif ini sangat memudahkan mobilitas warga, terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan Jalan Merdeka, Gerilya, dan sekitarnya. Dengan kondisi jalan yang rusak, warga terpaksa mencari jalur alternatif yang lebih jauh, seperti melalui Jalan Perjuangan yang tembus ke Pelita 4.
“Jalan ini penting sekali bagi kami. Apalagi tembus langsung ke Pelita 3. Sekarang, kalau lewat alternatif lain, jadi jauh. Harapannya, tolong diperhatikan lagi. Kalau mau perbaiki jalan, lebih diperhatikan kualitasnya. Kami sebagai pengguna jalan sangat kesulitan,” ucapnya.
Masyarakat Pertanyakan Keberadaan Turap hingga Kualitas Jalan Penghubung Merdeka-Sambutan
Kerusakan jalan ini menimbulkan pertanyaan tentang kualitas pengerjaan proyek serta pengawasan yang dilakukan oleh pihak terkait. Dengan anggaran sebesar Rp28 miliar, masyarakat berharap jalan ini memiliki daya tahan lebih lama.
Baca Juga
“Jalan alternatif ini seharusnya menjadi solusi penghubung utama antar kecamatan dan mengurangi beban lalu lintas di jalur lain. Namun, dengan kondisi kerusakan yang ada, fungsionalitasnya justru terganggu,” tambahnya.
Keluhan masyarakat juga melalui video cuplikan keadaan jalan yang sudah amblas, yang diunggah di media sosial. Seperti yang disampaikan pemilik akun instagram @danirahmatri, ia mempertanyakan keberadaan drainase di bahu jalan yang tidak tersedia.
“Drainase tepi jalan mana? Minimal ada saluran drainasenya sih agar meminimalisir kejenuhan tanah supaya tidak terjadinya longsor,” tulisnya.
Komentar lain datang dari akun bernama @farizrigwalr, yang menyatakan bahwa pengerjaan ini kurang memperhatikan aspek keselamatan konstruksi.
“Iya lah, bagian atas bukit ya di-dozer untuk buat jalan, tapi sisi-sisi jurangnya tidak diberi penahan. Syukur saja jalan itu belum padat lalu lintas,” tulisnya dalam kolom komentar. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari