Berkah HUT ke-79 Republik Indonesia, PKL di Samarinda Kecipratan Rezeki

Rachman Wahid
4 Views
Lili yang sedang menunggui lukisannya di Taman Samarendah, ketika Pawai Pembangunan dalam rangka memperingati HUT ke-79 Republik Indonesia. (Yasinta Erikania Daniartie/Akurasi.id)

PKL di Samarinda ketiban rezeki ketika berjualan di Pawai Pembangunan dalam rangka HUT ke-79 RI.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – HUT ke-79 Republik Indonesia (RI) membawa berkah bagi pedagang kaki lima (PKL) yang ada di Kota Tepian.

Hal ini dirasakan oleh seorang penjual es krim bernama Fauzi (28). Jika biasanya sehari-hari ia mendapatkan keuntungan sekitar Rp300 ribu, namun kali ini ia bisa meraup keuntungan sebesar Rp1 juta.

Apalagi sehari-hari nya ia harus berlelah-lelah mengelilingi jalanan di Samarinda. Ia biasa berangkat dari rumahnya yang terletak di kawasan Bengkuring, kemudian berjualan di sekitar GOR Segiri. Tak jarang untuk menghabiskan jualannya, ia pun berjualan menuju Jalan Siti Aisyah dan Jalan Juanda.

Namun kali ini, uang Rp1 juta bisa ia dapatkan hanya dengan berdiam diri menjajakkan jualannya di Taman Samarendah. Yang saat itu menjadi pusat keramaian karena sedang diadakan Pawai Pembangunan dalam rangka HUT ke-79 RI oleh Pemkot Samarinda.

“Alhamdulillah ramai saja kalau ada pawai kayak gini,” tutur pria yang mengenakan kemeja kotak-kotak itu saat ditemui awak media Akurasi.id pada Minggu, (18/8/2024).

Ia mengaku usaha es krim tersebut miliknya sendiri. Es tersebut ia beli langsung di agen dengan merogoh gocek Rp196 ribu untuk 1 ember dengan kapasitas 8 liter.

Hal yang sama dirasakan oleh seorang perempuan paruh baya bernama Lili. Saat ada acara besar seperti pawai kali ini, ia bisa mendulang keuntungan senilai Rp900 ribu.

“Biasanya saya dapat setengahnya dari ini,” tutur dia.

Saat tidak ada hajat besar-besaran, ia biasa menggelar lapak di berbagai pasar malam yang ada di Kota Tepian. Saat malam minggu ia berjualan di pasar malam sekitar DPRD Kaltim, malam senin ia berjualan di Jalan Biawan. Sedangkan malam selasa ia biasa jualan di Jalan Biola dan Malam Kamis ia menggelar lapak di kawasan Teluk Lerong. Untuk menambah biaya kebutuhan rumah tangganya, pada Minggu pagi ia pun berdagang di GOR Kadrie Oening, Sempaja.

Namun biaya untuk melukis di pasar malam berbeda dengan hari-hari biasa. Jika ada perhelatan besar ia membandrol harga sebesar Rp20 ribu, naik Rp10 ribu dibandingkan biasanya.

“Karena kan kami harus buat kesepakatan sama pedagang lain yang ada di sini,” imbuhnya. (*)

Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *