Mendulang Cuan di Sudut Kota Bontang

Rachman Wahid
3 Views
Kopikiran BXT di Bukit Kusnodo Bontang. (Fajri/Akurasi.id)

Ruang bagi usaha mikro, kecil, dan menengah di Kota Bontang, terus terbuka. Mereka bisa mendulang cuan dengan berjualan di sudut kota.

Kaltim.Akurasi.id, Bontang – Hari mulai merangkak menuju senja. Gede (28) baru selesai dari kesibukan kerja. Putaran roda motor Jupiter miliknya memasuki halaman rumah bergaya belanda dengan fasad depan dipenuhi rimbun pergola dan lampu taman yang menyala redup.

Dari dalam rumah seorang pria berkumis tipis keluar. Begitu melihat Gede, dia tersenyum, sambil membungkukkan sedikit posisi tubuhnya. Dika sedari tadi menunggui dan telah siap dengan pakaian bepergian.

Mereka memang sudah memiliki janji untuk mengunjungi kedai “Kopikiran BXT” tempat nangkring yang berada di ketinggian Bukit Kusnodo, Bontang. Butuh sekitar 15 menit dari pusat kota menuju kawasan perbukitan itu.

Gerimis yang sempat mengemas kawasan kota siang tadi menyisakan bau harum tanah yang masih basah. Langit nampak cerah dan biru. Udara segar sore itu turut serta mengambil peran mengiringi perjalanan mereka.

Dari kejauhan, Gede dan Dika menyaksikan belasan burung gereja nangkring di tiang listrik badan jalan. Sepoi angin yang hinggap pada daun kering dan kicau burung terdengar begitu anggun. Gede tidak pernah mengerti makna kicau-kicau itu. Hanya saja kicauan burung gereja yang saling bersahutan memang layak dipuji.

“Hari yang baik,” kata Gede, sembari terus melaju motor Jupiter tua yang ia beli tahun 2010 lalu.

Menit berbilang jam. Gede dan Dika sampai di Bukit Kusnodo, mereka langsung disambut kebulan asap tipis dari rebusan air mendidih. Indra pendengaran mereka dihibur oleh suara mendesis pertemuan air panas dan bubuk kopi. Indra penciumannya dibelai aroma harum seduhan arabika. Semua itu berorkestrasi menyajikan senandung kelezatan.

Sore itu, sekitar pukul 17.00 Wita, Minggu (4/6/2023), kedai kopi keliling sederhana dengan empat meja kecil dan beberapa kursi lipat itu baru saja buka. Belasan orang sudah lebih dulu berada di atas perbukitan itu. Ada yang duduk mengemper dengan tikar sederhana. Ada juga yang memilih duduk dengan kursi lipat.

Gede dan Dika sengaja datang lebih awal untuk mengurangi kemungkinan berkumpul dengan banyak pengunjung lain. Demikianlah, berkunjung ke kedai yang sedang hits ini, untuk sekedar nangkring pun mesti bersiasat. Setelah memesan dua gelas kopi susu panas, Gede dan Dika juga memilih duduk mengemper menghadap ke barat.

Tegar Kelana Putra (23), sang pemilik warung segera meracik menu yang dipesan. Beberapa sendok kopi arabika dimasukkan kedalam cangkir enamel, ia kemudian menambahkan sedikit susu kental manis. Tangan pria berkulit putih itu begitu lincah menari sembari memegang sendok kecil.

Kopi yang sudah diseduh dengan air panas itupun diaduk perlahan. Hingga ampasnya menggumpal ke permukaan. Hanya sekitar 10 menit, kopi susu yang menggugah selera disajikan di meja kecil. Ketika diseruput, satu tegukan sudah mampu menghangatkan dada Gede.

Matahari senja pelan mengintip dengan ragu. Meski terhalang awan, ia tetap terlihat jelas. Jelas menakjubkan. Para pelanggan menyaksikan betapa megah ufuk swastamita menampilkan keelokannya. Keelokan yang mampu menyihir setiap mata yang memandang.

Sore itu, langit nampak segar dan ajaib seperti keluar dari buku gambar seorang anak sekolah dasar. Seketika seberkas cahaya kuning keemasan jatuh menyentuh wajah Gede. Bersamaan dengan itu, embusan angin merayap menyergap tubuhnya yang gempal. Gede memejamkan matanya, ia merasakan sesuatu yang tenang. Senyum tipis terbit disudut bibirnya.

“Hmmm,” gumamnya.

Awal Mula “Kopikoran BXT”

Tegar Kelana Putra mulai mendirikan Kopikoran BXT sejak awal Februari 2023. Bermodalkan uang tabungan Rp 5 juta. Pria kelahiran Lamongan, Jawa Timur itu berhasil menyulap Motor CB tua miliknya menjadi kedai kopi. Rak kayu sederhana ia tempatkan dibagian belakang motor. Rak itu dipakai tegar sebagai tempat untuk menyimpan alat dan bahan untuk membuat kopi.

Tegar bercerita, ide awalnya muncul dari tren yang ia temui di laman media sosial. “Saya liat di media sosial. Di daerah Jawa ramai kopi keliling, dengan tempat sederhana dan murah. Biasanya di dekat persawahan. Tapi karena di Bontang jarang ada sawah, jadinya saya milih tempat ini,” katanya, kepada wartawan Akurasi.id.

Dagangan kopi yang ditawarkan Tegar pun terbilang cukup murah. Minuman Kopi Arabika maupun Robusta hangat dengan rentang harga Rp 5 ribu – Rp 8 ribu. Tak hanya kopi, ia juga biasa membawa camilan makaroni, yang dijual dengan harga Rp 1.000. Yang menjadi pembeda hanyalah sensasi ngopi di atas perbukitan. Dengan pemandangan langit petang menguning dengan sedikit kemerahan.

Pun Lokasi yang jauh dari pusat kota membuat sensasi ngopi di Bukit Kusnodo jauh lebih tenang. Kedai Kopikiran BXT milik Tegar buka setiap harinya. Biasanya Tegar mulai membuka kedai kopinya setiap pukul 17.00 Wita hingga lepas petang.

Tegar bercerita, tak butuh waktu lama baginya untuk mengembalikan modalnya. Hanya beberapa bulan bejualan modalnya sudah kembali. Kata Tegar, setiap harinya dia biasa meraih omset Rp 300-400 ribu. Di hari weekend bisam mencapai Rp 500 ribu.

“Kami tawarkan tempat kopi sederhana. Dengan pemandangan langit petang dan hamparan pepohonan hijau. Itu yang menjadi pembeda,” katanya. (*)

Penulis: Fajri Sunaryo
Editor: Redaksi Akurasi.id

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *