Empat mahasiswa FKIP Unmul ditetapkan sebagai tersangka perakitan bom molotov. Polisi menyita 27 botol molotov dan masih memburu dua aktor intelektual kasus ini.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Empat mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul) resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan perakitan bom molotov. Rencananya, bom rakitan itu akan digunakan dalam aksi demonstrasi pada Senin (1/9/2025) lalu.
Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Hendri Umar, menjelaskan penetapan status tersangka merupakan hasil pemeriksaan terhadap 22 mahasiswa yang sebelumnya diamankan di Kampus FKIP Unmul, Jalan Banggeris.
“Seluruh 22 mahasiswa kami amankan bersama barang bukti, kemudian dibawa ke Polresta Samarinda untuk pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan, 18 orang dipulangkan, sementara empat lainnya ditetapkan sebagai tersangka,” jelas Hendri, Rabu (3/9/2025).
Keempat mahasiswa tersebut adalah F, MH alias R, NAG alias A, dan AR alias N, yang seluruhnya berasal dari Program Studi Sejarah FKIP Unmul. Polisi menilai mereka memiliki peran langsung dalam perakitan bom molotov.
- F: menyiapkan bahan baku, merakit, dan menyimpan molotov.
- R: mengumpulkan botol kaca, merakit, dan menyembunyikan molotov.
- NAG: ikut merakit bom molotov.
- AR: ikut merakit dan menyimpan molotov di kantin lama.
Selain itu, polisi masih memburu dua orang lain yang diduga menjadi aktor intelektual sekaligus penyedia bahan baku.
Dari penggeledahan di sekretariat Himpunan Mahasiswa Sejarah FKIP Unmul, aparat menemukan 27 botol molotov siap pakai, satu jerigen pertalite, kain perca untuk sumbu, puntung rokok, serta sejumlah ponsel yang diduga terkait kasus ini. Lokasi perakitan disebut berada di Jalan Banggeris, Kelurahan Bukuan, Kecamatan Sungai Kunjang, di luar kompleks utama kampus.
“Motif dari perakitan molotov ini adalah untuk digunakan dalam aksi demonstrasi pada 1 September 2025,” tegas Hendri.
Sementara itu, Ketua BEM KM Unmul, Ilham Maulana, mengungkapkan kronologi saat rekan-rekannya diamankan polisi. Menurutnya, dini hari sekitar pukul 01.30 WITA, ia sedang berada di posko open donasi di kawasan Lembuswana ketika mendapat kabar penggerebekan di Kampus Banggeris.
“Saya sempat ingin datang ke lokasi, tapi dicegah teman-teman karena diminta tetap standby di posko. Akhirnya yang lain saja yang berangkat,” ujarnya.
Tak lama berselang, Ilham mendapat informasi bahwa seluruh mahasiswa di lokasi diamankan dan dibawa ke Polresta Samarinda. “Setelah itu komunikasi dengan kawan-kawan terputus,” jelasnya. (*).
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id