Siapa yang menyangka, benda yang sudah dibuang bisa berubah menjadi emas. Berikut bagaimana cara Sukmawati merubah sampah menjadi barang bernilai ekonomi.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Tak banyak orang yang mau bergelut dengan sampah. Sebagai benda yang sudah habis pakai, tujuan akhirnya hanyalah tempat pembuangan.
Namun berbeda dengan Sukmawati. Sejak 2012, ia memilih jalan hidup sebagai penggerak Bank Sampah. Kini, di usianya yang ke 45 tahun, ia berhasil meraup pundi-pundi rupiah dari mengelola barang yang sudah dibuang, menjadi nilai ekonomi.
Di Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia (Forsepsi) Pegadaian, Sukmawati yang menjabat sebagai humas telah berhasil menjadikan bank sampah binaannya sebagai mitra Pegadaian sejak 2020.
Bagi Sukmawati, sampah bukan sekadar limbah, melainkan peluang. Bersama 12 orang
Baca Juga
pengurus lainnya mengajak warga sekitar menyetor sampah agar bisa ditukar menjadi tabungan emas.
Melalui aplikasi Pegadaian Peduli, setiap sampah yang ditimbang langsung tercatat dan otomatis masuk ke saldo tabungan emas nasabah. Lewat program tersebut, sampah yang dulunya dianggap masalah, kini bertransformasi menjadi tabungan emas.
“Kalau dulu orang hanya buang sampah, sekarang bisa menabung emas mulai dari Rp25 ribu,” kata Sukmawati saat diwawancara di Hotel Swiss Bel, Balikpapan, Kamis (25/9/2025).
Saat ini sudah ada 2.200 nasabah yang tergabung, dengan 350 diantaranya aktif menabung emas dari hasil setor sampah. Jenis sampah yang diterima pun beragam, muilai dari kertas, botol plastik, logam, kaleng, hingga minyak jelantah. Sampah organik diolah menjadi kompos dan maggot, sementara residu plastik dimanfaatkan menjadi paving block.
Selain mengelola sampah, wanita yang sudah memiliki dua anak ini juga aktif turun ke masyarakat untuk memberikan edukasi. Baik sekolah-sekolah, kantor, dan komunitas lewat
Forsepsi binaan Pegadaian. Tak tanggung-tanggung dia bahkan sering meraih penghargaan dalam berbagai lomba.
“Pegadaian sendiri memberikan dukungan beasiswa untuk anak pengurus bank sampah. Mulai dari tingkat SD hingga SMA,” ujarnya.
Kini, bank sampah tak hanya berkutat di Balikpapan, tetapi juga menjangkau wilayah Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), dengan 76 unit bank sampah yang tergabung.
“Saya ingin masyarakat sadar bahwa sampah punya nilai. Kalau dikelola dengan baik, sampah bisa menjadi berkah,” tuturnya.
Untuk produksi sampah di Balikpapan, tak kurang dari 650 ton perhari.
Sedangkan, target pengurangan sampah secara nasional adalah 50 persen. Dengan perhitungan tersebut, Balipapan baru menyumpang pengurangan sekira 30 persen. Oleh karena itu, masih ada pekerjaan rumah pengelolaan sampah sekira 20 persen yang harus dikejar. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi NIla Sari