Anhar Ingatkan Pentingnya Komunikasi dalam Polemik PKKMB Unmul

Devi Nila Sari
785 Views
Anggota DPRD Kota Samarinda, Anhar. (Istimewa)

Dewan menilai polemik PKKMB Unmul harus dilihat dari sisi komunikasi dan perbedaan karakter antara dunia akademis dan militer.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Viral video kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Mulawarman (Unmul) yang menghadirkan pembicara militer menuai beragam tanggapan.

Salah satunya datang dari Anggota DPRD Samarinda, Anhar, yang menilai persoalan tersebut harus dilihat dari sisi komunikasi dan perbedaan karakter antara dunia akademis dan militer.

Menurut Anhar, tidak ada yang salah dengan menghadirkan perwira militer dalam forum kampus, apalagi jika tema yang dibahas menyangkut bela negara dan cinta tanah air. Namun, ia menekankan pentingnya menyesuaikan pendekatan.

“Semangat kampus tentu berbeda dengan semangat militer. Karena itu komunikasi yang harus jadi jembatan. TNI atau Polri yang hadir perlu menyesuaikan dengan lingkungan akademis, begitu juga mahasiswa harus membuka diri,” jelasnya.

Ia menilai, perbedaan cara pandang antara mahasiswa dan militer dalam memaknai bela negara adalah hal yang wajar. Bagi militer, bela negara identik dengan praktik menjaga teritorial dan disiplin lapangan. Sementara bagi mahasiswa, bela negara lebih dipahami melalui jalur teoritis, akademis, dan penanaman rasa kebangsaan.

“Kalau teori dan praktik bisa bertemu, itu justru bagus. Sama halnya dengan DPR, ada perumusan aturan di atas kertas tapi juga ada pelaksanaan di lapangan,” tambahnya.

Lebih jauh, Anhar menegaskan, bahwa tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan ataupun penilaian politis terhadap peristiwa ini. Ia menilai, kehadiran militer di forum kampus hanyalah bentuk perspektif lain yang justru bisa memperkaya wawasan mahasiswa.

“Saya pikir semua orang berhak punya cara pandang masing-masing. Yang penting tujuannya sama, yakni merah putih,” tegasnya.

Anhar berharap ke depan, kegiatan serupa dapat lebih mengedepankan dialog terbuka dan saling menghormati perbedaan karakter. Dengan begitu, kampus tetap menjadi ruang yang sehat untuk membangun kesadaran kebangsaan tanpa kehilangan ciri khasnya sebagai tempat diskusi dan pertukaran gagasan. (Adv/dprdsamarinda/zul)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *