Wagub Kaltim Hadi Mulyadi buka Uji Kompetensi JPT Pratama. Dalam kesempatan itu, Hadi memberikan motivasi kepada peserta uji kompetensi untuk tidak hanya mementingkan sertifikat, namun untuk membangun semangat membangun bangsa.
Akurasi.id, Balikpapan – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kaltim menggelar Uji Kompetensi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama, Selasa (29/3/2022). Kegiatan ini diikuti sekitar 38 kepala dinas, badan dan biro di lingkup Pemprov Kaltim. Berlangsung selama dua hari di salah satu hotel di Balikpapan, 29 – 30 Maret 2022.
Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi sekaligus membuka kegiatan. Dalam arahannya, orang nomor dua Benua Etam ini menyambut baik adanya uji kompetensi JPT Pratama di lingkup Pemprov Kaltim.
[irp]
“Saya sedang berbicara di depan orang-orang hebat semua dan mendapatkan amanat yang luar bisa dari masyarakat. Pertemuan ini sangat serius. Dan tentu uji kompetensi JPT Pratama ini mengingatkan kepada kita tentang amanat besar yang diberikan masyarakat,” kata dia.
Hadi menyebut, untuk membangun bangsa Indonesia memang perlu sinergi yang besar karena penduduknya besar. Sadar atau tidak sadar, dalam mengelola negara ini selalu ada inefisiensi, selalu ada ketidakefektifan.
“Dari dulu kan tidak pernah menemukan titik temunya, Namun jangan saling menyalahkan, itu suatu kenyataan,” ujarnya.
[irp]
Hadi Mulyadi: Seluruh Masyarakat Harus Merasakan Kehadiran Pejabat Pemerintah
Menurutnya, ada beberapa kelompok besar dalam bernegara. Pertama, para pengusaha yang bekerja dengan kata kuncinya efektif dan efisien. Mereka tidak peduli siapa pejabatnya yang penting mereka dapat untung dan tidak mau rugi.
Kedua, organisasi kemasyarakatan (ormas). Dengan dua ormas besar yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang memiliki segala fasilitas sarana dan prasarana seperti sebuah negara. Dua kata kunci dari kesuksesan, yaitu ketulusan dan solidaritas.
“Kita mengelola negara harusnya berada di tengah-tengah antara ormas dan pengusaha. Artinya tidak seterusnya sebagai pengusaha yang terus mencari untung yang menghilangkan sisi kemanusiaan. Tetapi tidak juga seperti ormas yang memprioritaskan sisi kemanusiaan. Harus seimbang,” jelasnya.
[irp]
Oleh karena itu, lanjut dia, jangan terlalu memusingkan uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat atau predikat terbaik. Yang harus dipusingkan adalah kalau sudah kehilangan semangat membangun negara.
Serta, kehilangan semangat solidaritas, kehilangan semangat bekerja keras, kehilangan semangat efisien dan efektif dalam mengelola dana yang menjadi amana masyarakat untuk pembangunan.
“Apa yang kita lakukan ini bukanlah untuk selembar sertifikat. Namuna adalah membangun semangat untuk membangun bangsa lebih baik, lebih maju, lebih sejahtera, dan lebih nyaman. Sehingga seluruh masyarakat merasakan kehadiran seluruh eselon II ini adalah orang yang benar-benar melayani masyarakat,” pungkasnya. (*)
Penulis/Editor: Devi Nila Sari