Dinkes Kaltim mencatat kasus DBD menurun hingga Mei 2025. Untuk menekan angka lebih jauh, diterapkan strategi inovatif mulai penyebaran bakteri Wolbachia, vaksinasi anak SD, hingga penguatan gerakan 3M di seluruh kabupaten/kota.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi yang kerap mengguyur sejumlah wilayah di Kalimantan Timur (Kaltim) berpotensi menimbulkan genangan air. Kondisi tersebut menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak, sehingga meningkatkan risiko penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin, menegaskan pihaknya memberi perhatian serius terhadap situasi ini. Meski demikian, ia menyebut angka kasus DBD di Kaltim masih berada di bawah rata-rata nasional.
“Jumlah kasus sekitar 2.500 dengan tingkat kematian 0,04 persen. Nilai ini jauh di bawah ambang nasional 0,5 persen,” ujarnya saat ditemui di Stadion GOR Kadrie Oening, Jalan Wahid Hasyim, Sempaja Utara, Samarinda Utara, beberapa waktu lalu.
Hingga Mei 2025, Dinkes Kaltim mencatat 2.210 kasus DBD. Kota Balikpapan menempati posisi tertinggi, disusul Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar). Angka ini lebih rendah dibandingkan periode Januari–Oktober 2024 lalu, di mana tercatat 9.114 kasus, dengan Kukar menjadi daerah dengan jumlah penderita terbanyak, yakni 2.528 orang.
Untuk menekan angka tersebut, Dinkes Kaltim menempuh berbagai langkah pencegahan. Antara lain dengan inovasi penyebaran bakteri alami Wolbachia serta vaksinasi yang diprioritaskan bagi anak sekolah dasar (SD). Program ini juga diperkuat dengan dukungan pemerintah daerah melalui penerapan aturan 3M (menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas).
“Program ini kami upayakan diterapkan di seluruh 10 kabupaten/kota di Kaltim,” tegas Jaya. (Adv/diskominfokaltim/yed)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id