Mangrove Kaltim, “Hutan Emas Biru” dengan Potensi Miliaran dari Perdagangan Karbon

Fajri
By
666 Views
Foto: Wagub Kaltim Seno Aji. (Yasinta Erikania Daniartie/Akurasi.id)

Kalimantan Timur menyimpan potensi besar dari ekosistem mangrove seluas ratusan ribu hektare. Selain menjaga keseimbangan lingkungan, mangrove juga jadi peluang emas perdagangan karbon yang bisa mendatangkan dana segar untuk pembangunan berkelanjutan.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kalimantan Timur (Kaltim) menyimpan potensi besar dari ekosistem mangrove yang tersebar di tujuh kabupaten dan kota.

Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim, Seno Aji, memaparkan bahwa secara global ekosistem mangrove dunia memiliki luasan sekitar 16,53 juta hektare. Indonesia menjadi salah satu negara dengan kawasan mangrove terluas, yakni mencapai 3,44 juta hektare atau sekitar 20 persen dari total mangrove dunia.

Dari jumlah tersebut, Kaltim berkontribusi cukup besar. Berdasarkan data penggiat lingkungan, sejak 1994 hingga 2024, kawasan mangrove di Kaltim tersebar di tujuh kabupaten dan kota, yaitu Berau, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara, Paser, Balikpapan, dan Bontang.

“Sementara itu, Samarinda tidak memiliki kawasan mangrove karena berada di delta Sungai Mahakam,” ujar Seno Aji saat kegiatan di Pendopo Odah Etam, Kompleks Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, Samarinda Ulu, Selasa (26/8/2025).

Ia menjelaskan, salah satu kawasan mangrove terbesar di Kaltim berada di Delta Mahakam dengan luasan sekitar 70.300 hektare. Sedangkan Kutai Kartanegara menjadi wilayah dengan mangrove terluas, yakni sekitar 110 ribu hektare atau 36 persen dari total luasan mangrove di provinsi ini.

Menurutnya, potensi mangrove di Kaltim bukan hanya dari sisi ekologis, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang bisa dikembangkan. Mangrove diketahui menyimpan cadangan karbon yang sangat besar, sehingga berpotensi dimanfaatkan dalam perdagangan karbon (carbon trading).

“Skema ini bisa menjadi peluang besar bagi Kaltim untuk menjual karbon yang tersimpan dalam ekosistem mangrove ke pasar internasional, khususnya Eropa. Hasilnya dapat mendatangkan dana segar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di daerah,” ungkapnya.

Karena itu, kata dia, perlindungan dan pengelolaan mangrove tidak boleh hanya dipandang dari aspek konservasi. Lebih dari itu, mangrove merupakan investasi jangka panjang bagi keberlanjutan ekonomi Kaltim. (Adv/diskominfokaltim/yed)

Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *