Blue Carbon di Kaltim memiliki potensi pendapatan jauh lebih besar ketimbang Green Carbon. Oleh karena itu, perhatian dan keseriusan dalam menjaga kawasan laut menjadi hal yang sangat penting.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan Pengembangan Iklim Penanaman Modal DPMPTSP Kaltim, Riawati, mengungkapkan bahwa Blue Carbon memiliki potensi yang sangat berbeda dengan Green Carbon.
Blue Carbon merupakan karbon yang ditangkap dan disimpan di samudra dan ekosistem pesisir. Ekosistem pesisir diyakini mampu menyerap dan menyimpan karbon seratus kali lebih banyak dan permanen.
Kandungan karbon ini tersimpan di laut. Baik dalam endapan sedimen laut yang terserap oleh mangrove, rawa, proses fotosintesis phytoplankton, rumput laut, terumbu karang, algae maupun media ekosistem lain.
Sedangkan Green Carbon merupakan kandungan sejumlah karbon yang hilang dan tersimpan melalui fotosintesis. Karbon ini tersimpan pada tumbuhan, hutan, perkebunan, lahan pertanian, gambut serta lahan padang rumput.
Perbedaan mendasar ini terletak pada lingkungan laut, di mana beberapa aspek khusus harus diperhatikan. Apalagi Kaltim dinilai memiliki potensi blue carbon untuk turunkan emisi karbon di laut. Hal ini terlihat dari garis pantai yang dimiliki Kaltim, yaitu sepanjang 3.893 kilometer.
“Kualitas mangrove, padang lamun, kondisi koral, dan kemampuan penyerapan karbon di laut sangat mempengaruhi potensi Blue Carbon,” jelasnya ketika diwawancarai Akurasi.id, Senin (6/11/2023).
Hal ini menjadikan Blue Carbon memiliki potensi pendapatan yang jauh lebih besar ketimbang Green Carbon. Oleh karena itu, perhatian dan keseriusan dalam menjaga kawasan laut menjadi hal yang sangat penting. Dengan melestarikan dan mengelola kawasan laut dengan baik, maka dapat meningkatkan pendapatan dari Blue Carbon.
Riawati juga mengungkapkan bahwa kawasan yang sudah dikonservasi akan memiliki aturan ketat, terutama penangkapan ikan. Hal ini akan menciptakan area-area tertentu yang diizinkan dan dilarang untuk menangkap ikan.
Dalam visinya kedepan, Riawati berharap bahwa Blue Economy di Kaltim dapat terealisasikan dengan baik. Ia yakin bahwa hal ini akan memberikan dampak positif pada peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat Kaltim secara keseluruhan.
Potensi Blue Carbon di Kaltim bukan hanya tentang menjaga lingkungan laut. Tetapi juga menciptakan peluang baru untuk meningkatkan pendapatan.
“Dengan menjalankan konservasi dan pengelolaan yang baik, kita dapat memanfaatkan potensi Blue Carbon dengan maksimal,” tutupnya. (adv/dpmptspkaltim/yed/uci)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Suci Surya Dewi