Dari hasil tes psikolog, SDN 001 Bontang Utara mengidentifikasi ada 11 anak yang berkebutuhan khusus. Menjadi tantangan, namun sekolah ini berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang layak bagi puluhan peserta didik tersebut.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – SDN 001 Bontang Utara yang terletak di Jalan Pierre Tendean, Bontang Kuala saat ini menampung 11 siswa berkebutuhan khusus (ABK). Sehingga menjadikan sekolah ini sebagai salah satu sekolah yang berperan aktif dalam mendukung pendidikan inklusi di Kota Bontang.
Anak-anak dengan berbagai kondisi seperti slow learner, autisme, dan disleksia kini dapat mengakses pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut tak lepas dari dukungan penuh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang.
Kepala SDN 001 Bontang Utara Yani Astutik mengungkapkan, sekolahnya menerima Surat Keputusan (SK) sebagai sekolah inklusi sejak tahun lalu. Ia mengatakan, Disdik Bontang tidak hanya memberikan pelatihan kepada guru, tetapi juga menyediakan fasilitas penting seperti kursi roda dan bahan ajar khusus bagi siswa ABK.
“Kami sangat bangga telah ditetapkan sebagai sekolah inklusi. Dukungan Disdik sangat besar, mulai dari pelatihan guru hingga penyediaan fasilitas penunjang,” ungkapnya saat ditemui media ini, Kamis (19/9/2024).
Dikatakannya dari hasil tes psikolog, SDN 001 Bontang Utara mengidentifikasi ada 11 anak yang berkebutuhan khusus. Hal itu merupakan tantangan bagi pihaknya, namun mereka berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang layak bagi puluhan peserta didik tersebut.
Untuk mendukung proses belajar mengajar bagi ABK, Disdikbud telah menyediakan berbagai fasilitas khusus. Mulai dari kursi roda hingga buku-buku pegangan bagi guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus. Yani juga menyampaikan, dua orang guru SDN 001 Bontang Utara saat ini sedang menjalani pelatihan di Universitas Gadjah Mada (UGM) guna memperdalam pengetahuan mereka tentang pendidikan inklusi.
“Mendampingi 11 anak ini memerlukan kesiapan khusus. Selain fasilitas, Disdik juga memberikan pendampingan kepada kami melalui pelatihan guru,” jelas Yani.
Namun, Yani mengungkapkan bahwa mayoritas dari 11 siswa ABK tersebut bukanlah anak berkebutuhan khusus sejak lahir. Kondisi mereka baru terlihat setelah pandemi Covid-19 pada 2021.
“Selama pandemi, banyak anak menghabiskan waktu di rumah dengan menggunakan gadget sepanjang hari. Hal ini berdampak pada perkembangan kognitif dan sosial mereka, yang kemudian teridentifikasi sebagai berkebutuhan khusus,” ungkapnya.
Sekolah juga bekerja sama dengan Pusat Layanan Autisme (PLA) dan Austin Center untuk memastikan siswa-siswa ini mendapatkan penanganan yang tepat.
“Pagi hari mereka belajar di sini, dan pada siang hari mereka melanjutkan terapi atau pendidikan khusus di PLA. Kolaborasi ini sangat membantu perkembangan mereka,” tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Disdikbud Bontang Saparudin menegaskan bahwa pihaknya akan terus mendukung sekolah-sekolah inklusi seperti SDN 001 Bontang Utara. Pihaknya berkomitmen untuk terus mendampingi dan menyediakan fasilitas yang diperlukan, baik bagi siswa berkebutuhan khusus maupun guru-guru yang mengajar mereka.
“Kami memahami bahwa pendidikan inklusi memerlukan pendekatan khusus. Oleh karena itu, kami memastikan bahwa sekolah tidak hanya mendapat fasilitas, tetapi juga pendampingan dan pelatihan untuk para guru,” terangnya.
Pendidikan yang inklusif harus menjadi bagian dari sistem pendidikan di Bontang. Saparuddin juga menambahkan bahwa Disdikbud akan memperluas pelatihan inklusi ke lebih banyak sekolah agar semakin banyak guru yang siap menangani siswa ABK.
“Kami ingin memastikan semua anak, tanpa terkecuali, mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas,” pungkasnya.
Dengan 11 siswa berkebutuhan khusus yang terlayani dan dukungan penuh dari Disdik, SDN 001 Bontang Utara terus berkomitmen untuk mengembangkan pendidikan inklusi yang ramah bagi semua siswa. (adv/disdikbudbontang/rae/uci)
Pewarta: Rae
Editor: Suci Surya Dewi