Kesejahteraan Petani Kaltim Tergerus, Biaya Produksi Jadi Biang Kerok

Fajri
By
15 Views
Foto: Ilustrasi pertanian. (Istimewa)

Kesejahteraan petani di Kaltim menurun pada Juni 2025. BPS mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) turun ke 143,68 akibat turunnya harga jual hasil tani dan naiknya biaya produksi. Hanya subsektor hortikultura dan tanaman pangan yang mencatatkan kenaikan NTP.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Kesejahteraan petani di Kalimantan Timur (Kaltim) tercatat mengalami penurunan pada Juni 2025 dibandingkan bulan sebelumnya.

Hal ini terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juni 2025 yang sebesar 143,68, menurun dibandingkan Mei 2025 yang tercatat sebesar 144,99. Dengan demikian, NTP Kaltim pada Juni 2025 mengalami penurunan sebesar 0,90 persen.

Sebagai informasi, NTP merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan pendapatan petani dalam menutupi kebutuhan hidup dan biaya usaha tani.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Yusniar Juliana, menjelaskan penurunan ini terjadi karena hasil jual para petani mengalami penurunan, sementara biaya produksi justru meningkat.

“Penurunan NTP pada Juni 2025 disebabkan oleh turunnya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,81 persen. Sebaliknya, Indeks Harga yang Harus Dibayar Petani (Ib), baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun biaya produksi pertanian, justru naik sebesar 0,09 persen,” jelas Yusniar dalam konferensi pers di Kantor BPS Kaltim, Jalan Kemakmuran, Sungai Pinang Dalam, Samarinda, Selasa (1/7/2025).

Ia memerinci tiga subsektor usaha pertanian yang mengalami penurunan NTP, yaitu:

  • Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dengan penurunan NTP sebesar 1,76 persen.
  • Subsektor Peternakan dengan penurunan NTP sebesar 0,42 persen.
  • Subsektor Perikanan dengan penurunan NTP sebesar 0,68 persen.

Meski begitu, terdapat dua subsektor yang justru mengalami peningkatan NTP, yakni:

  • Subsektor Tanaman Pangan dengan kenaikan NTP sebesar 0,07 persen.
  • Subsektor Hortikultura dengan kenaikan NTP sebesar 1,93 persen.

“Jika dicermati lebih detail, peningkatan NTP pada kedua subsektor ini terjadi karena pendapatan petani lebih tinggi dibandingkan pengeluarannya,” tambah Yusniar.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan NTP di kelima provinsi di Pulau Kalimantan, hanya Kalimantan Utara yang mencatat peningkatan NTP, yakni sebesar 0,02 persen.

“Sebaliknya, empat provinsi lainnya mengalami penurunan, dengan penurunan terdalam terjadi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, masing-masing turun sebesar 1,68 persen,” pungkasnya. (Adv/diskominfokaltim/yed)

Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Redaksi Akurasi.id

TAGGED:
Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *