Melibatkan siswa untuk kampanye pencegahan stunting di lingkungan sekitarnya menjadi salah satu strategi utama yang dijalankan Disdikbud Kaltim. Langkah ini merupakan bagian dari program nasional yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ditunjuk untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) pencegahan stunting. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim melibatkan peserta didik dalam kampanye pencegahan stunting.
Pendidikan merupakan kunci utama untuk mengubah paradigma dan memberdayakan masyarakat. Oleh karena itu, melibatkan siswa untuk menjadi duta pencegahan stunting di lingkungan sekitarnya menjadi salah satu strategi utama yang dijalankan.
Langkah ini merupakan bagian dari program nasional yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Sub Koordinator Peserta Didik dan Pembangunan Karakter Disdikbud Kaltim, Siti Aminah menjelaskan, program ini bertujuan mengubah perilaku masyarakat. Pasalnya, penyebab utama stunting dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang sehat.
“Kami menjadikan siswa di sekolah menengah atas (SMA dan SMK) sebagai target utama dalam kampanye pencegahan stunting,” ujar Siti Aminah, Jumat (17/11/2023).
Dalam upaya tersebut, siswa diminta untuk mengkampanyekan pencegahan stunting di lingkungan sekitar, baik di keluarga maupun di sekolah. “Harapannya, generasi masa depan ini tidak akan menjadi penyumbang stunting ketika mereka memulai dari keluarga sendiri. Dengan begitu, kita berharap generasi yang lahir dari ibu yang sehat dapat terwujud,” tambahnya.
Siti Aminah menekankan, keterlibatan siswa tidaklah tanpa alasan. Para peserta didik dianggap sebagai generasi penerus bangsa yang harus memahami dan menangani berbagai masalah.
“Kami juga mengikutsertakan remaja sebagai agen perubahan. Mereka berperan sebagai penyuluh dan penyebar informasi mengenai stunting kepada masyarakat, menjelaskan cara pencegahan serta dampaknya,” ungkapnya.
Ia berharap para peserta didik mampu menyampaikan informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat sekitar terkait pencegahan stunting. “Semoga, anak-anak kami menjadi duta pesan ini, baik di lingkungan keluarga maupun secara luas di masyarakat,” tandasnya.
Sebagai informasi, Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 prevalensi stunting saat ini berada pada posisi 21,6 persen. Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 2,8 persen. Target yang harus dicapai pada tahun 2024 adalah menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen sementara tengat waktu yang tersisa tinggal 15 bulan.
Pemerintah saat ini tengah serius menangani masalah stunting di Indonesia. Hal ini diwujudkan dengan program-program yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga (K/L) guna menurunkan angka stunting di Indonesia dengan melakukan Koordinasi, Sinkronasi, dan Pengendalian (KSP) dalam intervensi gizi terintegrasi di 100 Kabupaten/Kota, 1000 Desa prioritas. (adv/disdikbudkaltim/zul).
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id