Stunting di Kaltim ternyata tidak hanya disebabkan oleh gizi buruk. Pola asuh, stimulasi, dan sanitasi yang buruk juga menjadi faktor penting.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Masalah stunting masih menjadi perhatian serius di Kalimantan Timur (Kaltim). Meskipun banyak yang beranggapan bahwa stunting hanya disebabkan oleh kurangnya gizi, nyatanya ada faktor lain yang tak kalah penting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kaltim, Fit Nawati, menjelaskan bahwa pola asuh yang tidak tepat, stimulasi yang kurang, dan sanitasi lingkungan yang buruk juga turut berkontribusi terhadap masalah ini. “Stunting bukan hanya masalah gizi, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat secara keseluruhan,” tegas Fit Nawati saat kegiatan jumpa pers di Diskominfo Kaltim beberapa waktu lalu.
Stunting di Kaltim, lanjutnya, bisa dipengaruhi oleh masalah kebersihan, sanitasi dan akses air bersih. Itu karena akses sanitasi dan kebersihan lingkungan yang tidak dijaga berpengaruh pada kesehatan ibu hamil sehingga tubuh kembang anak menjadi rentan terkena infeksi dan penyakit.
“Kebersihan, sanitasi dan akses air bersih juga harus tetap dijaga untuk melindungi anak dari penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhannya, karena itu sangat berkontibusi dalam masalah stunting di Kaltim ini,” sebut wanita yang akrab disapa Ipit ini.
Karenanya, ia menambahkan, bahwa permasalahan stunting di Indonesia bukan menjadi tanggung jawab satu sektor saja, melainkan tanggung jawab sektor lainnya, termasuk dalam pemerataan air bersih dan kebersihan lingkungan.
Stunting sendiri merupakan kondisi di mana anak mulai menunjukkan stagnansi atau penurunan pertumbuhan. Apabila tidak dilakukan intervensi, kondisi ini bisa berujung pada kondisi malnutrisi. (adv/diskominfokaltim).
Editor: Redaksi Akurasi.id