PPU menjadi salah satu daerah yang dipilih untuk melakukan survei cacingan pada anak usia dini. Yakni melalui Program POPM Cacingan oleh Kemenkes RI.
Kaltim.akurasi.id, Penajam – Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) ditunjuk menjadi salah satu lokasi khusus terkait program Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal (POPM) Cacingan oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Koordinator Tim Kerja Pencegahan Penyakit (P2) Dinas Kesehatan PPU, Dr Rizka Azizah. Dia mengatakan PPU menjadi salah satu daerah yang dipilih untuk melakukan survei cacingan pada anak usia dini.
“Jadi memang siklusnya gitu setiap lima tahun selesai melakukan pemberian obat cacing itu nanti disurvei. Tujuan surveinya ingin melihat keberhasilan pemberian obat cacing tersebut apakah berhasil atau enggak,” kata Rizka Azizah saat ditemui wartawan Akurasi.id, belum lama ini.
Rizka Azizah mengungkapkan, program ini merupakan kolaborasi dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora). Rencananya akan menyasar 30 Sekolah Dasar (SD) di Benuo Taka -sebutan PPU-.
“Dari seluruh Kabupaten PPU, diambil 30 SD. Kemarin tim sudah datang petugasnya berupa analis, pemegang program itu sudah dilatih beserta melibatkan Dinas Pendidikan” bebernya.
Untuk siswa SD yang menjadi sampel yakni mereka yang duduk di bangku kelas 3-5 SD atau berusia diantara 9-11 tahun.
“Sampel yang diambil ini merupakan tinja atau fesesnya. Itu nanti akan langsung diperiksa oleh analis dari kabupaten beserta dari kementerian dan juga dari pihak provinsi,” sebutnya.
Dia menambahkan masing-masing sekolah hanya ada 21 anak yang akan dipilih menjadi sampling dari keseluruhan siswa yang ada.
“Jadi nanti enggak boleh gurunya yang menentukan, karena khawatirnya nanti informasinya akan menjadi bias. Takutnya nanti dipilih siswanya yang rajin atau nampak bersih, nampak sehat. Jadi nanti disampling dan ada tata cara samplingnya,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) PPU Mu’allimin mengungkapkan rasa apresiasinya kepada Kemenkes. Menurutnya dengan dipilihnya PPU sebagai lokus program POPM bisa mendapatkan pelajaran dan bimbingan langsung dari Dinas Kesehatan provinsi. Serta mampu memberikan manfaat kepada masyarakat
“Untuk masyarakat ini dampaknya pasti sangat baik sekali. Karena selama ini sekolah-sekolah mana yang mengadakan kegiatan ini tidak terpantau. Pada akhirnya kini bisa terpantau,” ujarnya.
Dia memastikan, setelah hasil dari penelitian keluar dan terdapat kasus cacingan, maka akan segera diberi pengobatan. Serta nantinya Dinas Kesehatan PPU berencana meningkatkan edukasi terkait cacingan.
“Apakah anak didik terutama yang berada di kelas 3 sampai dengan 5 SD itu mengalami cacingan. Karena pada saat kecacingan pasti akan mempengaruhi terhadap mekanisme belajarnya dan pola pikirnya juga akan terpengaruh” bebernya.
Dari 550 Sampling, Ada 2 Siswa Cacingan
Setelah melakukan survei dengan Pemberian Obat Pencegah Massal (POPM) di 30 SD di PPU yang dilakukan Dinkes PPU, hasilnya dari 550 siswa yang menjadi sampling, hanya 2 yang cacingan.
Kepala Seksi Surveilans dan Kesehatan Masyarakat (SKM) Dinkes PPU Harjito Ponco Waluyo mengatakan untuk sampling dilakukan secara acak dari 30 sekolah yang ditunjuk. “POPM ini dilakukan setiap tahun, dua kali pada anak usia 1 hingga 12 tahun,” kata pria yang karib disapa Ponco Waluyo ini.
Menurutnya, hasil dari sampling tersebut sangat memuaskan. Dari 550 sampel yang diambil, lebih dari 95 persen dari mereka menunjukkan hasil negatif terhadap indikasi cacingan. Artinya, hanya ada 2 dari 550 sampel yang positif terinfeksi cacing.
“Hasilnya sangat bagus,” ungkapnya.
Selanjutanya, kata dia, hasil sampling ini akan segera diserahkan ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) untuk diproses lebih lanjut. “Nanti akan kami serahkan pada hasilnya pada Kemenkes RI,” pungkasnya. (adv/diskominfoppu/zul/uci)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi