Pusing Skripsi Bikin Burnout, Dokter Spesialis Jiwa RSUD Taman Husada Bontang: Jangan Sepelekan

Suci Surya
773 Views
Dokter Spesialis Jiwa RSUD Taman Husada Bontang dr. Dewi Maharni, M.Sc., Sp. KJ. (Siti Rosidah More/Akurasi.id)

Klinik Psikiatri RSUD Taman Husada sendiri selalu terbuka untuk mahasiswa atau masyarakat umum yang membutuhkan layanan konsultasi terkait stres, kecemasan, atau gangguan mental lainnya.

Kaltim.akurasi.id, Bontang – Bagi mahasiswa tingkat akhir, mental diuji ketika saat fase pengerjaan tugas akhir atau skripsi. Tekanan untuk menyelesaikan tugas akhir tersebut bisa memicu stres berat, bahkan hingga mengarah pada gangguan kesehatan mental.

Dokter Spesialis Jiwa RSUD Taman Husada Bontang dr. Dewi Maharni, M.Sc., Sp.KJ mengungkapkan bahwa pengerjaan tugas akhir bisa membebani jika tidak dibarengi dengan manajemen stres dan kesadaran diri yang baik.

“Stres karena skripsi yang enggak selesai-selesai itu nyata. Bahkan banyak yang akhirnya tidak mengerjakan sama sekali karena bingung harus mulai dari mana,” ujar dr. Dewi.

Karena itu, ketika ada mahasiswa yang datang dengan keluhan seperti ini, pendekatan yang dilakukan bukan hanya bersifat klinis, tapi juga diskusi terbuka untuk menggali akar permasalahan yang menghambat proses penulisan mereka.

“Kita akan cari tahu, apa penyebabnya? Apakah karena kesulitan memahami materi, relasi dengan dosen pembimbing yang tidak lancar, atau karena mahasiswa itu sendiri yang merasa tidak mampu? Dari situ baru kita bisa susun strategi atau solusi yang tepat,” jelasnya.

Menurut dr. Dewi, sering kali permasalahan tidak terletak pada akademik semata, melainkan pada kondisi psikologis mahasiswa yang merasa rendah diri, takut gagal, atau bahkan tidak tahu harus meminta bantuan ke mana.

Ketakutan dan tekanan yang menumpuk ini bisa berujung pada gangguan kecemasan, depresi, hingga burnout sebuah kondisi kelelahan mental akibat stres kronis. Dampak dari benan pikiran ini bukan hanya pada prestasi akademik, tapi pada kesehatan secara keseluruhan. Penting menurutnya unruk menyelesaikan masalah ini sejak awal.

Dokter Dewi juga menekankan pentingnya self awareness atau kesadaran diri dalam menghadapi tekanan semacam ini. Dengan menyadari bahwa ada masalah, mahasiswa diharapkan lebih terbuka untuk mencari bantuan. Menurutnya, konsultasi ke psikiater bukanlah hal yang memalukan atau hanya untuk kasus berat.

“Kalau memang tidak bisa mengatasi sendiri, tidak apa-apa kok untuk konsultasi. Itu bukan berarti kamu lemah, tapi kamu sedang berusaha menyelamatkan dirimu sendiri,” pesannya.

Sebagai tenaga medis, dr. Dewi juga mendorong adanya lingkungan kampus yang lebih terbuka terhadap isu kesehatan mental. Ia menyarankan agar pihak kampus menyediakan layanan konseling aktif dan mendorong dosen pembimbing untuk lebih peka terhadap kondisi psikologis mahasiswanya.

Klinik Psikiatri RSUD Taman Husada sendiri selalu terbuka untuk mahasiswa atau masyarakat umum yang membutuhkan layanan konsultasi terkait stres, kecemasan, atau gangguan mental lainnya. Diharapkan dengan pendekatan yang ramah dan terbuka, semakin banyak anak muda yang sadar pentingnya menjaga kesehatan mental.

“Jangan tunggu sampai stresnya menumpuk. Ayo bangun kesadaran sejak dini, karena menyelesaikan skripsi butuh mental yang sehat juga,” tutupnya. (adv/rsudtamanhusadabontang/cha/uci)

Penulis: Siti Rosidah More
Editor: Suci Surya Dewi

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *