Dinkes Kaltim perkuat SDM kesehatan, sebagai upaya menekan angka kematian ibu dan anak.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Untuk menekan angka kematian ibu dan anak, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) mendorong tenaga kesehatan untuk meningkatkan kapasitasnya. Salah satu langkah yang diambil yakni melalui kegiatan Training of Trainers (TOT) Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin mengatakan, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga merupakan upaya penguatan sistem kesehatan melalui peningkatan kapasitas SDM kesehatan, khususnya tenaga kesehatan yang berada di lini terdepan.
“Melalui kegiatan ini, para peserta bukan hanya dituntut untuk memahami teori, tetapi juga menguasai keterampilan praktis, terstandar, dan berbasis bukti dalam menangani kegawatdaruratan maternal dan neonatal,” tuturnya di Samarinda, Selasa (9/9/2025).
Dengan bekal ini, ia berharap beserta dapat dapat menjadi trainer dan role model di wilayah masing-masing, serta membagi ilmu yang didapatkan secara berkelanjutan kepada tenaga kesehatan lainnya.
Dengan demikian, kata Jaya, kapasitas penanganan kegawatdaruratan tidak hanya berhenti pada peserta pelatihan. Tetapi dapat menyebar luas dan memperkuat kemampuan tenaga kesehatan di puskesmas, rumah sakit, hingga jejaring pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan perbatasan di Kalimantan Timur.
Di sisi lain, ia pun menekankan tiga hal penting dari kegiatan ini, yakni agar peserta berkomitmen dalam belajar. Tidak sekadar hadir secara fisik, tetapi hadir juga dengan semangat dan hati. Lantaran menurutnya, materi yang diberikan sangat aplikatif dan akan bermanfaat langsung ketika menghadapi kasus nyata di lapangan.
Kemudian, ia juga meminta peserta TOT dapat menjadi motor penggerak peningkatan kualitas pelayanan maternal dan neonatal di kabupaten/kota masing-masing. Sehingga faskes tersebut dapat menjadi sumber rujukan, fasilitator, dan penggerak dalam meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di wilayah kerja.
Pesan terakhir yang ia sampaikan, terkait keterhubungan dengan sistem rujukan. Dikatakannya, jika penanganan kegawatdaruratan tidak dapat berdiri sendiri. Melainkan perlu jejaring yang kuat antara fasilitas kesehatan tingkat pertama, rumah sakit rujukan, serta dukungan dari sistem transportasi dan komunikasi darurat.
“TOT ini akan bermakna jika kita bisa membangun jejaring pelayanan yang cepat, responsif, dan berkesinambungan,” pungkasnya. (Adv/diskominfokaltim/yed)
Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari