Menurut dr. Anwar, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, ditambah pengaruh lingkungan dan kemudahan akses informasi dari media sosial, menjadi faktor utama penyebab kasus PMS terus bertambah.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Data mengejutkan datang dari RSUD Taman Husada Bontang, yang mengungkapkan bahwa pelajar dan mahasiswa menjadi salah satu kelompok dominan dalam kasus Penyakit Menular Seksual (PMS) di kota ini.
Spesialis Kulit dan Kelamin RSUD Taman Husada Bontang, dr. Anwar Arsyad menyoroti pentingnya edukasi dini untuk mencegah peningkatan angka kasus tersebut.
“Dari pasien yang datang dengan PMS, cukup banyak di antaranya pelajar dan mahasiswa. Ini menunjukkan bahwa kelompok usia muda ini sangat rentan,” ujarnya saat ditemui, Selasa (25/2/2025).
Menurut dr. Anwar, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, ditambah pengaruh lingkungan dan kemudahan akses informasi dari media sosial, menjadi faktor utama penyebab kasus ini terus bertambah.
“Media sosial saat ini sulit difilter 24 jam. Remaja dan mahasiswa bisa terpapar informasi yang salah soal seksualitas tanpa pendampingan yang memadai,” sebutnya.
Ia menekankan, edukasi tidak bisa hanya mengandalkan tenaga medis. Peran orang tua, guru, dan bahkan pemuka agama juga sangat penting untuk membangun kesadaran dan pengawasan yang ketat.
“Kami di rumah sakit memang menangani jika sudah terjadi. Tapi, pencegahan jauh lebih baik,” jelasnya.
PMS seperti sifilis dan gonore, kata dr. Anwar, bisa berdampak serius pada kesehatan reproduksi. Bahkan, lanjutnya, bisa menyebabkan penyakit radang panggul, infertilitas, atau kehamilan tak diinginkan. Selain itu, mahasiswa yang terdiagnosis PMS juga rentan mengalami tekanan psikologis seperti stres dan rasa bersalah, yang mempengaruhi kehidupan sosial dan perkuliahan mereka.
Pun kasus tersebut juga meningkatkan risiko tertular HIV jika tidak segera diobati. PMS bisa memperbesar peluang seseorang terkena HIV/AIDS. Oleh sebab itu, dr. Anwar mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama melakukan pencegahan. Mulai dari edukasi kesehatan seksual yang benar, sosialisasi bahaya seks bebas, hingga pendampingan psikologis bagi remaja dan mahasiswa.
“Semua pihak harus terlibat. Keluarga, guru, tokoh agama, dan masyarakat sekitar. Pencegahan bukan tugas dokter semata, tapi tanggung jawab kita bersama,” tutupnya. (adv/rsudtamanhusadabontang)
Penulis: Rae
Editor: Suci Surya Dewi