Sejak dua tahun terakhir, listrik menjadi barang langka di Kampung Tihi-Tihi. Hal itu dikarenakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) rusak. Demi mendapatkan penerangan, warga hanya mengandalkan mesin genset.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Listrik menjadi barang mahal dan langka bagi warga yang bermukim di Kampung Tihi-Tihi, Kelurahan Bontang Lestari, Bontang Selatan. Pasalnya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kawasan itu sudah rusak sejak dua tahun lalu.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat mengandalkan listrik dari mesin genset. Itupun hanya mampu menerangi pemukiman warga selama 5 sampai 6 jam. Jauh berbeda saat memakai PLTS, listrik bisa menyala sampai 24 jam.
“PLTS ini sudah rusak sejak dua tahun lalu. Karena kondisinya yang memang sudah tua,” ujar Sahrul salah seorang warga kampung Tihi-Tihi, Kamis (21/09/2023).
Bahkan, kata Sahrul, demi mendapatkan penerangan dari pukul 18.00 Wita sampai pukul 23.00 Wita, warga harus iuran untuk membeli solar. Setiap rumah harus merogok isi kantong sebesar Rp 13.000. iuran itu dibayarkan setiap minggunya.
“Total ada 78 rumah yang diisi 104 Kepala Keluarga. Setiap minggu mereka harus membayar iuran untuk membeli solar,” kata Sahrul.
Sahrul juga bilang, sudah jadi hal lumrah di kampung Tihi-Tihi setiap pukul 23.00 Wita kawasan pemukiman nampak gelap gulita. Hanya beberapa rumah dengan genset pribadi yang tetap menyala.
“Ada beberapa rumah yang menggunakan genset pribadi. Biasanya kalau listrik utama sudah padam, para warga kerap menumpang untuk cas handphone. Banyak juga anak-anak yang menumpang untuk mengerjakan tugas sekolah,” ungkapnya.
Dia bercerita, keberadaan PLTS di kampung Tihi-Tihi sudah ada sejak 2015 lalu. Awal pemakaian pembangkit listrik itu mampu memberi penerangan selama 24 jam. Namun, itu cumin bertahan sampai tahun 2017. Selebihnya, pembangkit tidak lagi bekerja maksimal.
“Memang ketahanannya hanya di tahun-tahun awal pemakaian. Kami sebelumnya juga sudah mengusulkan ke Pemerintah dan Perusahaan mengenai PLTS yang rusak ini. Sudah direspon juga, hanya saja belum ada kelanjutan sampai saat ini,”katanya.(*)
Penulis : Diva Ramadhani Prasetyo
Editor: Fajri Sunaryo