Pengamat Sebut Ada Kemungkinan Partai Ubah Arah Dukungan di Pilgub Kaltim

Rachman Wahid
3 Min Read
Bakal Paslon di Pilgub Kaltim, Isran Noor - Hadi Mulyadi dan Rudy Mas'ud Seno Aji. (Istimewa)

Pilgub Kaltim bakal mempertemukan dua pasangan calon (paslon) yang akan berebut hati masyarakat Kaltim.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Dalam dunia politik, perubahan arah dukungan oleh partai politik bukanlah hal yang baru. Namun, setiap kali itu terjadi, selalu memunculkan berbagai spekulasi, dan pertanyaan. Tentu hal demikian tidak menutup kemungkinan akan terjadi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim 2024.

Pengamat Politik Universitas Mulawarman (Unmul) Budiman Choisiah mengatakan, kemungkinan adanya partai politik yang berbelok arah dukungannya pasti ada.

“Kemungkinan adanya partai politik yang berbalik arah dukungan itu tetap ada. Namun, dalam banyak kasus, dukungan partai politik tidak selalu signifikan dalam menentukan hasil akhir kontestasi,” ujar Budiman.

Budiman menjelaskan, dalam Pilkada sebelumnya, banyak terjadi fenomena di mana partai politik awalnya mendukung satu calon, namun anggotanya di tingkat akar rumput justru memberikan dukungan kepada calon lain.

“Banyak partai mendukung calon tertentu, tetapi ketika kontestasi berlangsung, tidak jarang terjadi anggota partai justru meninggalkan atribut partainya dan mendukung lawan,” ungkap Budiman.

Budiman menilai, loyalitas partai di tingkat daerah tidak selalu kuat, terutama ketika para anggotanya merasa figur lawan lebih menjanjikan atau lebih dekat dengan aspirasi mereka.

“Ini adalah pertarungan figur sebenarnya. Figur yang kuat bisa membuat anggota-anggotanya beralih dukungan dari partai mereka,” tambahnya.

Menurut Budiman, tidak hanya ditentukan oleh pergerakan mesin partai, tetapi lebih pada sosok yang diusung sebagai kandidat. Terlebih, di Kaltim sendiri masih kental akan demikian.

Dia menjelaskan, pemilihan kepala daerah (pilkada) cenderung menjadi ajang pertarungan figur atau tokoh, bukan sekadar pertarungan antar partai politik. Sebab, masyarakat pada umumnya lebih melihat kepada siapa yang maju sebagai calon, ketimbang siapa yang mendukung mereka.

Ia menambahkan bahwa masyarakat pemilih seringkali lebih tertarik pada kepribadian, latar belakang, dan rekam jejak calon, dibandingkan dengan afiliasi politik mereka.

“Ketika yang menjadi pertarungan adalah pertarungan tokoh, maka partai tidak terlalu signifikan sebenarnya dalam konteks pemenangan,” jelas Budiman.

Kendati demikian, dia menuturkan, meskipun dukungan partai politik tidak selalu menjadi penentu kemenangan, hal ini tidak berarti partai kehilangan peranannya.

“Partai politik tetap memiliki peran penting dalam menyediakan infrastruktur politik, seperti jaringan dan logistik, yang sangat dibutuhkan dalam sebuah kampanye Pilkada,” tutupnya.

Diketahui, Pilgub Kaltim bakal mempertemukan dua pasangan calon (paslon) yang akan berebut hati masyarakat Kaltim. Paslon Rudy Mas’ud – Seno Aji dengan koalisi gemuknya atau didukung oleh 7 partai politik dengan 44 kursi di DRPD Kaltim. Yakni, Partai Gerindra 10 kursi, Partai Golkar 15 kursi, PAN 4 kursi, PKB 6 kursi, PKS 4 kursi, Nasdem 3 kursi dan PPP 2 kursi.

Sedangkan paslon petahana, Isran Noor – Hadi Mulyadi hanya didukung oleh dua parpol saja. Diantaranya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) 9 kursi dan Partai Demokrat 2 kursi di DPRD Kaltim.
(*)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *