Perempuan di Kaltim berperan penting dalam swasembada pangan, mengelola 24% tenaga kerja sektor pertanian dan 80% produksi pangan pokok. Namun, jumlah petani terus menurun, mengancam ketahanan pangan.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Swasembada pangan, yang menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan pemerintah, bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga melibatkan peran aktif masyarakat, termasuk perempuan.
Di Kalimantan Timur, perempuan memainkan peran vital dalam sektor pertanian yang tidak bisa diabaikan. Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Provinsi Kalimantan Timur, Siti Farisyah Yana, mengungkapkan bahwa perempuan di daerah ini mengelola hampir 24 persen tenaga kerja di sektor pertanian dan bertanggung jawab atas 80 persen produksi pangan pokok.
“Filosofi swasembada pangan bukan hanya program pemerintah, tetapi tanggung jawab kita bersama. Perempuan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam mendukung ketahanan pangan,” ujar Yana saat menjadi narasumber pada Jumpa Pers yang diadakan oleh Diskominfo Kaltim, Senin (23/12/2024).
Namun, meskipun kontribusi perempuan di sektor pertanian sangat signifikan, jumlah rumah tangga petani di Kalimantan Timur justru mengalami penurunan. Pada 2023, jumlah rumah tangga petani tercatat hanya 205 ribu, turun dari 217 ribu pada tahun sebelumnya.
“Perempuan petani mengalami penurunan dari 18,8 ribu menjadi 17 ribu orang, sedangkan petani laki-laki turun dari 198 ribu menjadi 188 ribu orang,” jelas Yana.
Risiko Penurunan Jumlah Petani Terhadap Ketahanan Pangan
Yana menegaskan, penurunan jumlah petani ini dapat membawa risiko terhadap ketahanan pangan jangka panjang. Selain itu, perempuan memegang peran penting dalam aspek produksi, pengolahan, hingga pemanfaatan pangan untuk mendukung keberlanjutan.
“Perempuan tidak hanya menghasilkan pangan, tetapi juga memastikan pengelolaan yang efisien serta meminimalkan pemborosan. Ini penting untuk menjaga ketahanan pangan di masa depan,” imbuhnya.
Ia juga menyoroti bahwa perempuan dapat berkontribusi pada upaya pengurangan pemborosan makanan yang berdampak pada lingkungan, termasuk pemanasan global.
“Perempuan bisa membantu mengurangi pemborosan makanan dengan cara mendonasikan makanan berlebih, memanfaatkannya untuk pakan ternak, atau mengolahnya menjadi kompos,” katanya.
Peran Perempuan dalam Pengelolaan Pangan Berkelanjutan
Lebih jauh, Yana menekankan bahwa peran perempuan sangat penting dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam melalui pengelolaan pangan yang efisien. Hal ini dapat menjadi solusi untuk mencegah ancaman terhadap ketahanan pangan akibat pemborosan.
“Jika produksi pangan cukup, tetapi konsumsi boros, maka ketahanan pangan tetap akan terganggu. Karena itu, penting bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam pengelolaan pangan yang hemat dan efisien,” jelasnya. (*)
Penulis: Yasinta Erikania Danairtie
Editor: Redaksi Akurasi.id