Anies Baswedan: 30 Tahun Berlalu, Ketimpangan Masih Menanti Penyelesaian

Devi Nila Sari
4 Views
Anies Baswedan hadir di Kampanye Nasional AMIN di Samarinda, Kaltim. ( Yasinta Erikania Daniartie/Akurasi.id)

Pada kampanye akbar di Samarinda, Anies Baswedan menyoroti masalah ketimpangan yang masih menjadi momok di Indonesia, termasuk Kaltim. Hal ini disebut menjadi penyebab tidak berkembangnya seluruh kawasan.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Tidak terasa satu minggu lagi masyarakat dapat memilih Calon Presiden RI untuk periode 2024-2029, tepatnya pada 14 Februari 2024. Ketiga paslon pun terus berlomba untuk memenangkan hati masyarakat, salah satunya melalui kampanye akbar.

Tak terkecuali paslon nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang menggelar Kampanye Nasional Anies-Muhaimin (AMIN) di Lapangan Gor Kadrie Oening, Sempaja, Samarinda  Rabu (7/2/2024) sore.

Dalam kampanye tersebut, Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan mengklaim jika masa yang datang pada hari ini tidak diukur dengan uang.

“Masa yang datang bukan yang mau direndahkan dengan rupiah. Mereka memiliki harga diri tidak diperjualbelikan,” tegasnya.

Dia menegaskan, kehadiran massa dalam kampanye tersebut adalah karena harapan untuk perubahan yang lebih baik, bukan karena upah atau imbalan materi.

Anies Soroti Masalah Ketimpangan Infrastruktur di Desa dan Kota

Pada kesempatan itu, Anies menyampaikan salah satu masalah yang masih terjadi di Indonesia. Yakni ketimpangan yang masih melanda antara kota dan desa, maupun antara mereka yang terdidik dan tidak.

“Saya di Kaltim pada tahun 1994, waktu itu sebagai mahasiswa melakukan pelatihan anak muda dari pelosok Kaltim untuk tiba pakai kapal empat hari. Saat itu saya saksikan apa itu ketimpangan. 30 tahun lalu dan saat saya kembali, ternyata ketimpangan itu belum selesai,” papar Anies.

Dia mengungkapkan, bahwa ketimpangan masih menjadi masalah yang perlu segera diselesaikan. Seperti infrastruktur jalan yang rusak tahunan yang seharusnya bisa diperbaiki namun seringkali terabaikan. Karena berbagai alasan seperti korupsi, ketidakpedulian, dan alokasi anggaran yang kurang memadai.

Anies juga memperhatikan potensi anak-anak di daerah pedesaan yang seringkali tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak-anak di perkotaan meskipun memiliki potensi yang sama.

“Banyak anak kita di pelosok punya kemampuan tapi tidak dapat kesempatan. Jika mereka dapat kesempatan, mereka tidak kalah hebat dengan yang di kota,” ujar Mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Pada akhirnya, Anies Baswedan menekankan bahwa perubahan yang dibutuhkan bukan hanya sekadar mengganti foto presiden di ruang kelas atau kantor. Melainkan juga perubahan dalam kebijakan dan implementasi program yang benar-benar mensejahterakan masyarakat.

“Kita perlu perubahan yang nyata,” pungkasnya. (*)

Penulis: Yasinta Erikania Daniartie
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *