Kaltim.akurasi.id, Samarinda — Pemerintah Kota Samarinda mulai menerapkan pola baru rekayasa lalu lintas di Simpang Gunung Lingai untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi pada jam sibuk. Perubahan arus dilakukan dengan mengalihkan kendaraan dari sejumlah titik yang selama ini menjadi titik penumpukan.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda, Hotmarulitua Manalu, mengatakan perubahan paling signifikan terjadi pada arus dari arah Gunung Lingai.
“Roda empat tidak lagi bisa masuk langsung ke simpang. Kami alihkan ke Jalan Tridharma,” jelasnya.
Sementara itu, akses langsung menuju simpang hanya dibuka untuk sepeda motor, namun dengan pola pengaturan yang lebih ketat.
Untuk mendukung rekayasa baru tersebut, Dishub bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Samarinda memasang 45 barrier beton di sejumlah titik pertemuan arus. Barrier ditempatkan di antara lain di Jalan PM Noor dan Jalan D.I. Panjaitan untuk mencegah kendaraan berebut ruang di titik simpang.
Baca Juga
“Tujuannya jelas, supaya titik simpang tidak menjadi rebutan kendaraan,” kata Manalu.
Dishub juga memperkuat aspek keselamatan jalan. Di Jalan Tridharma, pagar pengaman baru akan dipasang karena lokasi tersebut berbatasan langsung dengan Sungai Karang Mumus.
“Kami dapat laporan pernah terjadi kecelakaan karena tidak ada pagar,” ujarnya.
Baca Juga
Dalam jangka panjang, Pemkot menyiapkan solusi permanen berupa pelebaran jalan serta rencana pembangunan Jembatan Mati dan satu jembatan baru di jalur Sungai Karang Mumus. Dua titik itu selama ini menjadi penyebab utama penyempitan arus. Karena sebagian ruas, termasuk Jalan PM Noor, berstatus jalan nasional, koordinasi dilakukan bersama Pemprov Kaltim dan kementerian terkait.
Selain pembenahan infrastruktur, Pemkot juga menertibkan 28 pedagang di kawasan pasar tumpah sekitar simpang yang dianggap menghambat lalulintas. Para pedagang diarahkan pindah ke Jalan Haji Dundup yang dinilai lebih aman.
Sebelum penerapan penuh, Dishub membuka masa sosialisasi selama dua hingga tiga minggu melalui kelurahan, kecamatan, Satlantas, hingga kanal digital. Manalu berharap masyarakat memahami perubahan arus ini.
“Kami ingin penataan berjalan tanpa perlu pengaturan manual di lapangan,” jelasnya. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Redaksi Akurasi.id