
Isran Noor Didorong Ikut Konvensi Calon Presiden, Pengamat: Strategi Dongkrak Popularitas Partai. Dengan banyak figur yang didorong termasuk Isran Noor adalah salah satu strategi untuk memunculkan tokoh yang otomatis akan memunculkan simpatisan atau pendukung dari figur yang didorong.
Akurasi.id, Samarinda – Rencana diusungnya Gubernur Kaltim Isran Noor dalam konvensi calon presiden Partai Nasdem mendapat tanggapan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Banyak masyarakat yang kontra merasa skeptis akan kemampuan orang nomor satu di Kaltim itu dalam memimpin sebuah negara. Mengingat, sepak terjang kebijakannya dinilai belum mampu mengatasi berbagai masalah krusial di Tanah Benua Etam, sebutan lain Kaltim. Sebut saja infrastruktur maupun pertambangan.
Namun demikian, tak sedikit pihak yang mengharapkan adanya calon presiden asal Kaltim di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Pengalaman politik Mantan Bupati Kutai Timur dua periode itu dinilai bukanlah prestasi sepele. Terlebih apabila melirik kemampuan politiknya dalam meraih kursi Gubernur Kaltim pada Pemilihan Gubernur (Pileg) beberapa tahun silam.
Di sisi lain, pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) juga menjadi salah satu pertimbangan. Membuat sebagian masyarakat merasa perlu adanya tokoh dari Kaltim berjuang dalam kontestasi perebutan kursi orang nomor satu di Indonesia. Dengan harapan, anak daerah menjadi pemimpin negara.
Menyikapi hal ini, akademisi Fakultas Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman (Unmul) Budiman berpendapat, Partai Nasdem mendorong Isran Noor untuk maju dalam pemilu mendatang, sebagai bagian dari upaya menarik suara dari Indonesia Timur. Meskipun agak kontroversial, namun menurutnya, Isran Noor adalah representasi dari Indonesia Timur.
Budiman menuturkan, adanya pembagian asal tokoh tersebut, dikarenakan ada yang mempercayai konfigurasi Jawa dan Indonesia Timur bisa memenangkan kompetisi.
“Saya melihat Indonesia Timur setelah Jusuf Kalla miskin figur. Isran Noor bersama Syahrul Yasin Limpo yang juga dari Nasdem bisa menjadi representasi Indonesia Timur. Saya meyakini bukan cuman Isran yang didorong untuk nyapres ataupun nyawapres dalam konvensi,” terangnya, kepada media ini, Rabu (17/11/2021).
[irp]
Dijelaskan, dengan banyak figur yang didorong termasuk Isran Noor adalah salah satu strategi untuk memunculkan tokoh yang otomatis akan memunculkan simpatisan atau pendukung dari figur yang didorong.
“Ini bisa dikatakan strategi antara untuk meraup suara partai dalam pileg dan pilpres. Sasaran utama sebenarnya meraup suara partai sebanyak-banyaknya,” jelasnya.
Meskipun ada kemungkinan tokoh yang didorong belum tentu diusung, lanjut Budiman, bisa dilihat rekam jejak Partai Demokrat dulu yang melakukan konvensi pemilihan presiden. Untuk meningkatkan keterpilihan, terkadang dimulai dari keterkenalan dulu di mata publik.
Dalam posisi ini, Isran Noor bisa dikatakan unggul untuk memperkenalkan diri melalui pernyataannya. Di setiap momen baik, lokal maupun nasional, beliau selalu mengeluarkan kalimat yang lumayan kontroversial dan menimbulkan pro kontra.
“Ketika sudah terkenal, tinggal melakukan branding untuk meningkatkan keterpilihan. Tapi apa pun itu, saya melihat dengan mendorong pak Isran hanyalah bagian dari strategi Partai Nasdem untuk meraup suara dalam pileg. Dengan banyak anggota di parlemen akan meningkatkan nilai tawar partai dalam pemerintahan ataupun percaturan politik di Indonesia,” sambungnya.
[irp]
Senada, akademisi Fisipol Unmul Lutfi Wahyudi berpendapat, apabila Nasdem Kaltim ingin mengusung Isran Noor dalam konvensi calon presiden partai itu adalah hal yang sah. Tetapi, dikatakannya Isran Noor juga harus tahu diri, berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya.
Bukan hanya semata-mata kemampuan untuk memimpin. Namun, ada modal lain yang diperlukan. Yang mana, ia mengungkapkan, dalam perpolitikan banyak faktor-faktor lain yang tidak diperhitungkan, entah itu realistis ataupun tidak. Karena tidak hanya memperhitungkan suara di Kaltim namun juga nasional.
“Jangan-jangan ini hanya untuk meramaikan konvensi calon presiden dari Nasdem. Kalau pesertanya kemudian banyak dari kepala daerah misal Anies Baswedan atau Ridwan Kamil. Tanpa mengecilkan posisi Isran Noor, publik juga tahu agak sulit membandingkan Isran Noor dengan dua tokoh tersebut,” ungkapnya.
“Bukan berarti Gubernur Kaltim tidak penting. Penting. Namun, ketika disejajarkan dengan proses kandidasi presiden maka agak berat,” sambungnya.
Bahkan, apabila Isran Noor benar-benar maju dalam pemilihan capres maupun cawapres pada pemilu mendatang, menurutnya, Isran Noor, harus menghitung potensi dan kapabilitas suara yang ada.
[irp]
Meski diakuinya pro dan kontra melalui kebijakan maupun komentar nyeleneh Isran Noor meningkatkan popularitasnya di mata masyarakat Kaltim maupun nasional, namun hal itu tidak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas. Sebagai contoh, kepopuleran Rhoma Irama di Indonesia tidak berbanding lurus dengan elektabilitas ketika mengikuti kontestasi politik.
“Bukan tidak mendukung putra daerah maju dalam konteks kepemimpinan nasional, tetapi harus tetap rasional dan realistis. Saya tidak terlalu yakin, apresiasi publik ke Pak Isran akan setinggi calon yang lain. Kecuali mereka semua tidak ikut,” ujarnya.
Di sisi lain, ia menilai, dengan tidak masuknya Isran Noor dalam politik pada level presiden menjadi nilai minus tersendiri. Namun, apabila hal ini dilakukan sebagai bagian strategi untuk mendongkrak popularitas dan elektabilitas partai, maka hal itu dikatakan sah.
[irp]
“Pak Isran sebagai salah satu kader ikut meramaikan, upaya mendongkrak juga. Dengan banyaknya kepala daerah yang ikut. Kemudian, nama Isran Noor juga turut terdongkrak secara nasional sebagai efek dalam ke terikutan konvensi calon presiden untuk kontestasi Pemilu 2024,” pungkasnya.
Sebagai informasi, apabila ingin maju dalam pemilihan presiden maupun wakil presiden di pemilu mendatang, Isran Noor diharuskan mengikuti konvensi calon presiden partai. Dengan ketentuan, apabila Isran Noor lolos dalam konvensi tersebut, maka Isran Noor dapat diusung pada pilpres di pemilu mendatang. (*)
Penulis: Devi Nila Sari
Editor: Redaksi