Prostitusi Online di Samarinda Libatkan Pasangan Suami Istri, Polisi Amankan 15 Pelaku di Dua Hotel

kaltim_akurasi
2 Views
Kapolsek Samarinda Kota, AKP Creato Sonitehe Gulo saat memimpin gelar perkara ungkapan kasus prostitusi online yang diduga semakin subur di wilayah hukumnya. (Akurasi.id/Zulkifli)
Prostitusi Online di Samarinda Libatkan Pasangan Suami Istri, Polisi Amankan 15 Pelaku di Dua Hotel
Kapolsek Samarinda Kota, AKP Creato Sonitehe Gulo saat memimpin gelar perkara ungkapan kasus prostitusi online yang diduga semakin subur di wilayah hukumnya. (Akurasi.id/Zulkifli)

Prostitusi online di Samarinda libatkan pasangan suami istri, Polisi amankan 15 pelaku di dua hotel. Muncikari menawarkan kepada tamu dengan harga bervariasi. Mulai harga Rp300 ribu sampai dengan Rp500 ribu untuk sekali kencan.

Akurasi.id, Samarinda – Sejak kasus kematian perempuan di kamar Hotel MJ bernomor 508 terkuak, dan mengungkap fakta jika korban pembunuhan adalah wanita tuna susila (WTS) dalam prostitusi online, Korps Bhayangkara melakukan atensi terhadap bisnis prostitusi online di Samarinda tersebut.

Pada Senin (15/11/2021) siang tadi, Kapolsek Samarinda Kota, AKP Creato Sonitehe Gulo menggelar hasil kerja tim cyber Unit Reskrim. Yang mana Korps Bhayangkara sedikitnya mengamankan 15 pelaku prostitusi online dari dua hotel berbeda di Kecamatan Samarinda Kota.

“Di belakang saya total ada 15 orang (pelaku prostitusi online) dengan peran berbeda. Ada yang berperan sebagai muncikari ada yang berperan sebagai pelaku prostitusi dan ada juga yang berperan sebagai penjaga,” ucap Gulo saat menggelar pers rilis di hadapan awak media.

Lanjut diungkapkan Gulo, 15 pelaku ini terdiri dari 7 wanita dan 8 pria. Dari ke semuanya, 2 pria merupakan muncikari, 6 pria berperan sebagai penjaga keamanan dan 7 sisanya merupakan WTS.

“Untuk yang laki-laki 2 yang berperan sebagai muncikari inilah yang menawarkan kepada tamu dengan harga bervariasi. Mulai harga Rp300 ribu sampai dengan Rp500 ribu untuk sekali kencan,” beber polisi berpangkat balok tiga emas ini.

Dari ungkapan tersebut, Gulo juga menambahkan jika ada pola kerja berbeda dari para pelaku. Yakni adanya sistem penjagaan yang dilakukan 6 pria saat terjadinya bisnis lendir di dalam kamar hotel.

[irp]

“Dari hasil penyelidikan yang berperan sebagai penjaga adalah pasangan (pacar WTS). Bahkan ada yang berstatus suami sirinya (WTS). dan mereka ini memang hanya untuk menjaga antara pelaku prostitusi online. Jadi bukan muncikari,” tegas Gulo.

Dari hasil interogasi juga diketahui, jika para penjaga alias pasangan para WTS tidur di satu kamar yang sama dengan para pelaku prostitusi.

“Ketika tamu datang mereka keluar. Rata-rata mereka kalau untuk penjaga tidak ada fee. Mereka biasanya hanya diberi makan dan tempat tidur,” beber Gulo.

Lebih jauh diungkapkan Gulo, untuk para penjaga, yakni pasangan para WTS tidak sama sekali berperan untuk menjajakan para wanita ke pria hidung belang.

[irp]

“Jadi berbeda konsep. Dari 8 laki-laki ini ada 2 orang yang memang bertugas sebagai operator untuk menawarkan dan melakukan negosiasi kepada para calon-calon tamu sementara 6 yang lainnya sifatnya menjaga,” imbuhnya.

Dari hasil menjajakan WTS, dua pria yang berperan sebagai muncikari, kata Gulo, mendapatkan pembagian untung mulai dari Rp50-Rp150 ribu dari setiap transaksi.

“Kalau dinilai (dijual) Rp300 ribu dia (muncikari) akan mendapatkan Rp50 ribu. Kalau dibayar Rp400 muncikari akan dibayar Rp100 ribu dan apabila dijual Rp500 ribu, (muncikari) akan dapat Rp150 ribu,” tambah Gulo.

Saat ke-15 pelaku diamankan, petugas juga mendapati barang bukti berupa 3 unit ponsel pintar yang digunakan pelaku untuk melakukan komunikasi dan transaksi. Kemudian ada 15 bungkus kondom dan 45 kartu perdana.

“Jadi para pelaku ini cenderung sangat sering mengganti kartu dengan tujuan tertentu, 5 unit ponsel pintar,10 lembar pecahan uang Rp50 ribu, 5 lembar pecahan Rp100 ribu, 1 buah tas,” tambah Gulo

[irp]

Selain itu, penyidikan polisi juga mengetahui jika para pelaku prostitusi online ini selalu berpindah tempat.

“Bisanya mereka selama 2 minggu akan berpindah-pindah tempat seperti Balikpapan, Samarinda, dan Berau,” kata Gulo lagi.

Hasil pemeriksaan juga diketahui dari 15 pelaku prostitusi online, sebagian besar merupakan warga pendatang.

“Ada beberapa orang Samarinda tapi lebih banyak yang dari luar. Alasan mereka berpindah-pindah ini untuk mencari tempat yang ramai. Untuk sementara dari keterangan yang kami dapatkan hanya ada 3 tempat itu yang menjadi tujuan utama,” urainya.

[irp]

Kebutuhan ekonomi diungkapkan Gulo sebagai motif para pelaku prostitusi online melakoni bisnis haram tersebut.

“Untuk motif rata-rata perempuan yang tertangkap ini berstatus janda dan rata-rata sudah mempunyai anak dan memiliki perekonomian yang menengah ke bawah. Jadi kebutuhan ekonomi yang menjadi dasar mereka untuk melakukan ini. Dan untuk sementara kasus ini masih terus kami dalami,” pungkasnya. (*)

Penulis : Zulkifli

Editor: Rachman

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *