Program MBG dinilai sangat membantu anak-anak, karena tidak semua siswa ke sekolah dalam keadaan perut terisi. Namun di balik itu, omzet kantin menurun drastis.
Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Suasana begitu hening di ruang kelas sederhana di SD 004 Samarinda Utara, Jumat (24/1/2025). Matahari baru saja naik setinggi kepala, sinarnya menyusup di sela-sela ventilasi jendela kelas. Anak-anak terlihat serius mendengarkan dengan seksama gurunya menerangkan di depan kelas.
Nampak dari guratan wajah mereka ada yang fokus memperhatikan guru, namun adapula yang menahan kantuk. Di antara mereka ada yang sesekali memegang perut menahan lapar lantaran belum sarapan di rumah.
Jam pelajaran berlangsung seperti biasa. Tidak semua anak datang ke sekolah dengan perut terisi sarapan yang cukup. Hal ini bukan hal baru bagi SD 004 Samarinda Utara, sebuah sekolah yang 50 persen siswanya berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi.
Waktu perlahan bergulir. Jarum jam menunjukkan pukul 09.30 Wita. Dari kejauhan, terdengar suara mobil memecah keheningan. Sebuah mobil berwarna hitam masuk ke halaman sekolah yang disambut oleh salah seorang guru.
Mobil itu merupakan kendaraan pengantar makanan yang merupakan bagian dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang digagas Prabowo-Gibran sebagai bentuk implementasi janji kampanye mereka.
“Akhirnya datang juga makanannya, sudah lapar bangat ini,” seru seorang siswa SD kelas 2 dengan nada gembira sambil berbisik ke teman sebangkunya. Raut wajah sebelumnya terlihat menahan kantuk, kini berubah kembali bersemangat.
Lalu lalang para siswa di SD 004 Samarinda Utara tampak ramai di sekitar keran kecil yang terletak di pojok halaman sekolah. Mereka mengantri mencuci tangan dengan tertib sebelum menikmati makanan yang telah disiapkan oleh guru mereka.
Meski sederhana, suasana pagi itu dipenuhi keceriaan. Beberapa siswa tampak bercanda dengan teman sebaya mereka, dengan tawa renyah yang keluar dari mulut polos mereka.
Program MBG dinilai sangat membantu anak-anak, karena tidak semua siswa ke sekolah dalam keadaan perut terisi. Program MBG merupakan salah satu kebijakan unggulan pemerintah yang dipelopori oleh pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai bentuk realisasi janji kampanye mereka.
Program ini bertujuan untuk memberikan makanan sehat dan bergizi kepada siswa di sekolah secara gratis setiap hari sekolah. Meski telah melewati sejumlah revisi kebijakan, akhirnya program ini mulai berjalan secara nasional, termasuk di SD 004 Samarinda Utara.
Kepala SD 004 Samarinda Utara: Perut Kenyang Menambah Fokus Siswa
Kepala SD 004 Samarinda Utara Lilik Hindriastuti mengatakan awal menjalankan program tersebut menghadapi tantangan lantaran harus menyesuaikan dengan kebiasaan siswa.
“Setelah memulai, semuanya terasa lebih baik hingga hari kelima ini,” ungkap Lilik sambil tersenyum kecil.
Lilik Hindriastuti menjelaskan, setelah berjalan lima hari, menu makanan yang diberikan pada para siswa bervariasi setiap harinya.
“Kebetulan hari kelima ini, menu yang disajikan cukup lengkap. Ada buah, sayur, dan lauk daging. Jadi, dari Senin sampai Jumat, menunya bervariasi,” jelas Lilik.
Hal tersebut untuk menghindari rasa bosan dari siswa ketika menyantap makanan itu. Menurut Lilik, lauk yang disajikan untuk para siswa memang perlu variasi. Karena tidak semua anak-anak menyukai salah satu menu yang dibagikan, baik itu ikan, ayam, telur, maupun daging.
“Ini supaya anak-anak tidak bosan. Kalau makanannya monoton, pasti anak-anak akan merasa jenuh,” sebutnya.
Lilik menuturkan, program tersebut mendapatkan respon positif dari para siswa karena bisa memberikan mood yang bagus untuk mereka.
“Anak-anak sangat senang. Makanan habis semua, bersih. Bahkan, beberapa anak mulai menunggu-nunggu jam makan. Mereka sering bertanya kepada guru, ‘kapan makanannya datang?’, begitu,” tuturnya.
Meski menu makanannya bervariasi, Lilik menyampaikan beberapa masukan untuk pihak penyelenggara program MBG, dalam hal ini Badan Gizi Nasional (BGN) untuk menyajikan variasi menu lain bagi siswa kelas rendah (kelas 1 sampai kelas 3).
“Ada beberapa siswa kelas rendah yang kurang suka ikan. Jadi, mungkin perlu ada variasi lain yang lebih disukai anak-anak kecil. Namun, untuk kelas atas, apapun menunya selalu habis,” jelasnya.
Untuk mendukung keberhasilan program ini, sistem distribusi makanan diatur dengan baik. Setiap pagi, makanan tiba di sekolah sekitar pukul 9. Pengantaran kedua dilakukan setelah pukul 12 siang untuk memenuhi kebutuhan siswa yang masuk di sesi siang.
“Distribusinya bertahap agar semua siswa bisa menerima makanan tepat waktu. Pengaturan ini berjalan lancar sejauh ini,” terang Lilik.
Di SD 004 Samarinda Utara, terdapat 510 siswa yang terbagi dalam 18 kelas dari enam tingkatan. Jumlah siswa yang cukup besar ini menuntut pengelolaan yang teliti agar semua anak dapat merasakan manfaat dari program MBG.
Lilik menambahkan, salah satu dampak dari program yang digagas pemerintah pusat ini adalah peningkatan fokus siswa saat belajar. Sekolah ini menampung 50 persen siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.
“Sekitar 50 persen siswa kami berasal dari keluarga yang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya program ini, mereka tidak hanya mendapat makanan bergizi, tetapi juga bisa lebih fokus belajar karena perut kenyang,” tambah wanita paruh baya itu.
Selain itu, program MBG juga berdampak positif terhadap perubahan kebiasaan pola makan siswa. Lilik menyampaikan, sebelumnya, anak-anak cenderung menyukai makanan seperti mi instan atau gorengan, melalui program ini siswa dapat mengenal makanan sehat dan bergizi.
“Selama ini anak-anak cenderung menyukai makanan seperti mi instan atau gorengan. Dengan program ini, mereka mulai mengenal makanan sehat yang terdiri dari buah, sayur, dan lauk,” ujarnya.
Anggaran Terbatas, Susu Hanya Diberikan Dua Kali Seminggu

Sementara itu, Wakil Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Samarinda, Sirajul Amin menyampaikan, pihaknya telah memiliki ahli gizi yang menyesuaikan kebutuhan pemenuhan gizi. Dia menjelaskan, berdasarkan angka kecukupan gizi, porsinya sekitar 25 persen untuk satu kali makan, dan ini telah disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak SD.
“Jadi, dari Senin hingga Jumat menunya bervariasi, kemudian kembali ke menu awal pada Senin berikutnya,” ucap pria yang akrab disapa Sirajul itu.
Meski memberikan menu makanan yang bervariasi, Sirajul menyampaikan bahwa pihaknya tetap akan melakukan evaluasi terkait menu yang disajikan, termasuk menyesuaikan ukuran potongan makanan untuk anak-anak yang memiliki masalah gigi.
“Selain itu, kami memantau alergi makanan melalui formulir alergen yang sudah disebarkan kepada orang tua,” tambahnya.
Terkait siswa yang memiliki alergi pada salah satu menu makanan yang disajikan, Sirajul mengaku pihaknya telah melakukan pendataan dan koordinasi dengan pihak sekolah.
“Jika ada siswa yang alergi terhadap makanan tertentu, menunya akan disesuaikan agar mereka tetap bisa makan bersama teman-temannya,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk anggaran per porsinya disesuaikan dengan menu makanan yang disajikan, karena makanan yang dibagikan ke para siswa bervariasi. Tentu, harga per porsinya pun berbeda.
“Anggaran disesuaikan dengan indeks kemahalan daerah. Di Samarinda, rata-rata bahan baku makanan sekitar Rp11.000 per porsi, tergantung menu yang disajikan. Misalnya, menu dengan ayam memiliki biaya berbeda dibandingkan menu dengan daging,” ungkapnya.
Terkait susu, Sirajul menyebutkan tetap akan diberikan, namun tidak setiap hari karena keterbatasan anggaran. Sebagai gantinya, pihaknya memberikan asupan protein dari bahan makanan lain
“Susu diberikan dua kali dalam seminggu karena Samarinda bukan daerah penghasil susu,” paparnya.
Meski sudah ada kantin sekolah yang dapat diajak untuk berkolaborasi menyiapkan makanan bergizi bagi siswa, Sirajul mengaku pihaknya telah memiliki mitra kerjasama di luar.
“Jika ada mitra lain, termasuk UMKM lokal, yang ingin bergabung, mereka bisa mendaftar melalui website resmi kami https://bgn.mitra.bgn.go.id,” pungkasnya.
Program MGB Berhasil Dijalankan, Omzet Pendapatan Kantin Merosot

Di sisi lain, di tengah keberhasilan program MBG ini, ternyata ada pihak yang merasa terabaikan, yakni pemilik kantin sekolah lantaran omzet mereka selama program itu berjalan menurun drastis.
Salah satu pemilik kantin yang enggan disebutkan namanya menyampaikan, omzet pendapatan mereka menurun drastis ketika program MBG ini berjalan.
“Kami sebenarnya sangat mendukung program ini, namun sebagai UMKM, kami juga berharap perhatian dari pemerintah terkait dampaknya terhadap usaha kami,” ujarnya dengan nada sedih.
Menurutnya, jika dana program dialokasikan untuk katering ini akan lebih baik jika dana tersebut diarahkan ke kantin sekolah yang akan menyediakan makanan untuk program MBG.
“Mengapa tidak pemerintah memberikan dana langsung ke kantin sekolah untuk menyediakan makanan sehat? Misalnya, kantin A atau kantin B diberi tugas untuk menyediakan makanan sehat bagi kelas-kelas tertentu,” katanya.
Ini akan memungkinkan pengelolaan makanan sehat dilakukan langsung oleh pihak kantin sekolah, tanpa melibatkan katering luar. Selain lebih efisien, cara ini juga meminimalisir risiko adanya tindak korupsi.
“Anak-anak bisa tetap mengonsumsi makanan sehat, kantin sekolah tetap berjalan, dan orang tua yang menggantungkan hidup dari pendapatan kantin sekolah tidak dirugikan,” jelasnya.
Ia berharap, pihak terkait tetap menjalankan program makanan sehat, namun dengan memaksimalkan peran kantin sekolah masing-masing.
“Program ini memiliki potensi yang baik, namun pengaturannya perlu diperbaiki,” pungkasnya. (*)
Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Suci Surya Dewi