Fenomena Menikah Sederhana, Sri Puji Astuti: Cermin Kemandirian dan Pola Pikir Rasional Anak Muda

Devi Nila Sari
838 Views
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti. (Muhammad Zulkifli/Akurasi.id)

Dewan apresiasi fenomena menikah sederhara atau menunda pernikahan di kalangan anak muda. Tindakan tersebut disebut cermin kemandirian dan pola pikir rasional.

Kaltim.akurasi.id, Samarinda – Tren anak muda yang memilih menikah sederhana di Kantor Urusan Agama (KUA) atau bahkan menunda pernikahan dinilai sebagai tanda kematangan berpikir dan kemandirian.

Pandangan ini disampaikan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti. Menurutnya, langkah tersebut menunjukkan generasi muda mulai memisahkan makna pernikahan dari sekadar pesta meriah.

“Menikah sederhana di KUA itu tanda mereka tidak membebani orang tua dan lebih mandiri,” ucapnya.

Sri Puji menyebut, banyak pasangan kini lebih fokus pada kebutuhan jangka panjang seperti rumah, tabungan, asuransi pendidikan anak, hingga kestabilan ekonomi.

“Mereka paham, pernikahan bukan hanya resepsi. Ada kebutuhan lain yang lebih prioritas setelah menikah,” ujarnya.

Meski budaya pesta besar masih kuat di masyarakat, ia menilai, pilihan menikah sederhana maupun menggelar resepsi megah sama-sama memiliki sisi positif dan negatif. Yang terpenting, kata dia, adalah kesiapan pasangan dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Ia menyoroti, fenomena anak muda yang memilih menunda pernikahan. Selama alasan penundaan didasari kesiapan mental, emosional, dan finansial, keputusan tersebut patut diapresiasi.

“Daripada menikah muda tapi belum siap, lebih baik menunggu. Pernikahan dini sering berujung masalah ekonomi dan ketidaksiapan mental,” jelasnya.

DPRD Samarinda, lanjut Sri Puji, bahkan pernah mengusulkan rancangan peraturan daerah untuk mencegah pernikahan usia anak, meski belum masuk program pembentukan peraturan daerah (Pro-Pemda). Usulan ini lahir dari kekhawatiran atas dampak negatif pernikahan dini.

“Kesiapan menikah itu mencakup semua aspek, penghasilan tetap, biaya pendidikan anak, jaminan kesehatan, sampai kebutuhan pokok sehari-hari. Kalau anak muda berpikir seperti ini, artinya mereka punya pandangan hidup rasional dan jauh ke depan,” pungkasnya. (Adv/dprdsamarinda/zul)

Penulis: Muhammad Zulkifli
Editor: Devi Nila Sari

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *