Walikota Bontang Basri Rase, mengingatkan kepada seluruh ASN di lingkungan Pemerintah Kota Bontang untuk senantiasa menjaga keharmonisan rumah tangganya masing-masing. Hal ini disampaikan setelah mendapat laporan dari BKPSDM Bontang terkait banyaknya kasus perceraian di lingkup Pemkot Bontang.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Keluarga merupakan salah satu faktor pendorong terpenting bagi seseorang dalam meraih kinerja terbaik di lingkungan pekerjaan. Hal ini sangatlah beralasan, mengingat pekerjaan dan keluarga adalah dua lingkungan tempat menghabiskan sebagian besar waktu.
Kebanyakan riset bahkan menyebut bahwa terdapat kondisi yang berkaitan di antara keduanya. Di satu sisi, motif utama dalam bekerja adalah untuk menghidupi keluarga, sementara di sisi lain dukungan dari anggota keluarga akan memperkuat setiap individu, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, memenuhi kebutuhan sisi emosional yang berperan besar membantu pegawai dalam mengurangi stres di tempat mereka bekerja termasuk dampak-dampak lain yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas dan kinerja Kita dalam melakoni pekerjaan.
Oleh karena itu, tepat sekali bila seorang pakar mengatakan bahwa seberapa baik seseorang bermasyarakat dengan implikasinya pada bisnis dan perekonomian, tergantung pada keluarga (Guitian, 2009).
Berpegang pada argumentasi tersebut, Walikota Bontang Basri Rase, mengingatkan kepada seluruh ASN di lingkungan Pemerintah Kota Bontang untuk senantiasa menjaga keharmonisan rumah tangganya masing-masing. Hal ini disampaikan setelah mendapat laporan dari BKPSDM Bontang bahwa terdapat ASN yang mengajukan usul ijin perceraian kepada Tim Pertimbangan Ijin Perceraian Tingkat Kota, dengan jumlah yang bervariatif setiap tahunnya.
“Dalam berkeluarga pasti ada masalah-masalah, ada perbedaan-perbedaan. Karena ada dua kepala, dua pemikiran, dua pendapat yang harus disatukan. Maka diperlukan komunikasi yang baik untuk mencari solusi atas masalah-masalah yang biasa terjadi, seperti masalah pekerjaan, masalah ekonomi keluarga,” pesan Basri.
Disisi lain, Kepala BKPSDM Bontang, Sudi Priyanto menerangkan bahwa sebagian besar permasalahan selalu diawali oleh ketidakcocokan dan perbedaan pendapat yang terjadi secara terus menerus, termasuk masalah pekerjaan, masalah ekonomi, juga hal-hal yang dianggap prinsip oleh tiap individu pasangan.
Disharmoni itu, menurut Sudi, kemudian membawa pasangan suami-istri pada perilaku-perilaku negatif, semisal ketidakpercayaan pada pasangan, pisah ranjang, selingkuh, adanya kekerasan, hingga keengganan untuk menunaikan kewajiban lahir maupun kewajiban batin antar pasangan.
“Rata-rata diawali masalah komunikasi, lama kelamaan menyeret keluarga pada situasi kondisi yang sulit untuk dipersatukan lagi,” ujar Sudi, Rabu (6/3/2024).
Sudi juga menambahkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya, mulai dari mediasi dan pencerahan. Dan kedepan mencoba mengefektifkan fungsi konseling yang difasilitasi oleh teman2 ASN yang berlatarbelakang sarjana psikologi, serta bermitra dengan para tokoh agama.
“Keluarga yang harmonis dapat tercipta karena adanya komunikasi yang baik, terbuka dan transparan. Komunikasi tersebut harus senantiasa terjalin, baik secara lahiriah maupun batiniah, dengan selalu diiiringi doa dan rasa syukur atas nikmat keluarga yang telah Tuhan anugerahkan pada Kita semua,” jelasnya. (adv/bkpsdmbontang)
Penulis: Pewarta
Editor: Redaksi Akurasi.id