Diketahui dr. Dian Ariani mengingatkan mayoritas penderita gangguan paru yang dirawat di RSUD Taman Husada Bontang memiliki riwayat merokok atau menggunakan vape.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Tren rokok modern seperti vape dan pod semakin marak di kalangan generasi muda. Sayangnya, di balik popularitasnya, bahaya laten dari rokok kekinian ini sering kali tidak disadari oleh para penggunanya.
Spesialis Paru RSUD Taman Husada Bontang dr. Dian Ariani T, memberikan peringatan keras soal dampak buruk rokok dan vape terhadap kesehatan paru-paru, terutama di kalangan anak muda.
“Kalau dulu kita hanya khawatirkan perokok aktif, sekarang perokok pasif justru bisa lebih berbahaya. Asap sisa yang terhirup orang di sekitar itu justru bisa mengandung nikotin dan zat kimia lebih tinggi dari hisapan pertama perokoknya,” ujar dr. Dian saat ditemui di ruang praktiknya.
Ia menjelaskan, walaupun belum ada riset skala besar di Bontang, dari pengalamannya menangani pasien paru, mayoritas penderita gangguan paru yang dirawat di RSUD Taman Husada Bontang memiliki riwayat merokok atau menggunakan vape.
Baca Juga
“Pasien yang paru-parunya rusak itu 90 persen, kalau kita tanya, pasti ada riwayat merokok. Vape juga mulai muncul, meski mungkin masih dari kalangan menengah ke atas,” tambahnya.
Menurut dr. Dian, bahaya vape sering kali tidak langsung terasa. Tidak seperti rokok konvensional yang kadang cepat menunjukkan gejala, vape bekerja lebih pelan namun tetap merusak.
“Efeknya bisa muncul dua sampai tiga bulan setelah mulai digunakan. Partikel dari cairan vape itu sangat kecil, bisa langsung masuk ke saluran napas dalam dan menyebabkan peradangan,” jelasnya.
Baca Juga
Dalam dunia medis, fungsi paru-paru seseorang memang secara alami mulai menurun di usia 40–50 tahun. Namun, perokok dan pengguna vape bisa mengalami penurunan lebih cepat.
“Orang normal mulai penurunan di usia 50, tapi yang merokok bisa di usia 40 bahkan 30 tahun sudah terasa. Misalnya, naik tangga sebentar sudah ngos-ngosan. Ini yang tidak dirasakan langsung, tapi dampaknya besar,” ungkapnya.
Dian juga menyoroti persepsi keliru yang berkembang di kalangan anak muda, bahwa vape dianggap lebih aman dibanding rokok biasa. Nyatanya, dia mengungkapkan penggunaan vape bisa berbahaya hingga 40 kali lebih besar baik bagi perokok aktif maupun pasif.
“Itu salah besar. Vape itu bahkan bisa 40 kali lebih berbahaya dibandingkan rokok biasa. Karena kandungan bahan kimianya lebih kompleks dan partikel kecilnya lebih mudah masuk ke paru-paru,” tegasnya.
Selain merokok dan vape, gaya hidup tidak sehat seperti begadang juga kerap dijadikan kambing hitam atas berbagai keluhan kesehatan. Namun, menurut dr. Dian, begadang sendiri tidak lebih berbahaya daripada merokok.
“Kalau cuma begadang dan udaranya bersih, risikonya lebih kecil. Tapi kalau begadang sambil merokok, itu yang membahayakan. Jadi double kill istilahnya,” katanya sambil tersenyum.
Dengan edukasi dini dan pemahaman yang benar, dr. Dian berharap masyarakat Bontang, terutama anak muda lebih sadar akan bahaya rokok kekinian. Serta mulai menjaga paru-paru mereka sebelum terlambat.
Ia pun mengimbau kepada generasi muda untuk lebih bijak dalam menjaga kesehatan, apalagi jika mereka bercita-cita mengikuti tes kedinasan atau kepolisian.
“Merokok bisa menurunkan performa fisik. Orang yang sehat tanpa rokok pasti lebih kuat dan lebih tahan napas saat olahraga,” pungkasnya. (adv/rsudtamanhusadabontang/cha/uci)
Penulis: Siti Rosidah More
Editor: Suci Surya Dewi