Hujan sejak subuh membuat wilayah RT 23 dan 29 Jalan Pontianak 2, Kelurahan Telihan, kembali terendam banjir. Warga mendesak pemerintah melakukan pelebaran sungai sebagai solusi jangka panjang, karena pengerukan sebelumnya dinilai belum efektif.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Hujan yang mengguyur sejak subuh menyebabkan banjir kembali menggenangi wilayah RT 23 dan 29 di Jalan Pontianak 2, Kelurahan Telihan, Rabu (14/05/2025). Banjir disebabkan oleh menyempitnya aliran sungai yang tidak mampu menampung debit air kiriman dari berbagai wilayah.
Salah satu warga terdampak, Jefrianto (30), yang tinggal di RT 23, mengatakan air mulai naik sekitar pukul 05.30 Wita hingga setinggi betis orang dewasa dan masuk ke dalam rumahnya.
“Saya sudah berusaha menutup saluran pembuangan di rumah agar air tidak masuk, tapi tetap merembes dari celah retakan lantai,” ujarnya.
Menurutnya, genangan air surut sangat lambat. Hingga siang hari, air masih belum sepenuhnya mengalir.
“Banjir ini memang surut, tapi pelan. Ini aja sudah siang, belum juga surut. Kayaknya lama ini,” tambahnya.
Jefrianto menyebutkan, tak hanya RT 23 yang terdampak, tetapi juga RT 24, 25, dan 29. Upaya pengerukan sungai yang dilakukan pemerintah beberapa waktu lalu dinilai belum efektif karena aliran sungai yang menyempit serta tingginya debit air kiriman dari wilayah lain.
“Padahal baru dikeruk, tapi masih tetap aja banjir,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Ibu Tuti (47), warga RT 23 lainnya. Ia mengaku telah tinggal di wilayah tersebut sejak tahun 2005 dan hampir setiap tahun menjadi langganan banjir. Bahkan, ia sempat merenovasi rumahnya dengan meninggikan lantai, namun air tetap masuk saat hujan deras.
“Sudah 20 tahun saya tinggal di sini, selalu kebanjiran setiap hujan. Kami sudah sering sampaikan dalam pertemuan warga, dan kelurahan juga sudah meninjau, tapi belum ada perubahan. Harapannya bukan cuma ditinjau, tapi benar-benar diatasi,” jelasnya.
Sementara itu, warga RT 29, Antonius Andiang (55), harus merelakan acara syukuran di rumahnya terganggu akibat banjir. Ia menyebut lokasi tempat tinggalnya berada di dataran rendah dan menjadi titik akhir aliran air kiriman dari berbagai wilayah, seperti Kampung Gotong Royong (belakang RSUD Taman Husada), Perumahan PC Pupuk Kaltim, hingga Pontianak 7.
“Ada dua sungai, tapi aliran keluarnya cuma satu. Satunya besar, yang satu kecil. Jadi ada penyempitan di titik keluar, makanya air tertampung dan lama surut,” ungkapnya.
Ia menambahkan, meskipun pemerintah sudah membangun pintu air untuk mengendalikan laju air, hal itu tidak cukup efektif. Menurutnya, solusi jangka panjang adalah pelebaran aliran sungai agar air bisa mengalir lebih cepat.
“Sudah empat wali kota kami lewati, tapi belum ada solusi nyata. Harapannya, sungai bisa dilebarkan supaya aliran air lancar dan banjir bisa teratasi. Semoga segera direalisasikan,” jelasnya. (*)
Penulis: Dwi Kurniawan Nugroho
Editor: Redaksi Akurasi.id