Pedagang Bendera Musiman Asal Garut, Jawa Barat di Kota Balikpapan Terancam Pulang Kampung Lebih Awal Karena Sepi Pembeli
Kaltim.akurasi.id, Balikpapan – Dari pinggir jalan sampai perkampungan sudah semarak dengan dekorasi perayaan HUT ke-79 Republik Indonesia. Namun, semarak itu tak begitu dirasakan sebagian pedagang bendera musiman di Balikpapan, Kaltim. Mereka mengibarkan bendera putih karena tahun ini sepi pembeli.
Nanang Saputra (41) duduk santai beralas spanduk di Jalan Mulawarman, Sepinggan, persis di dekat gerbang masuk Pantai Pratiwi Balikpapan, Kalimantan Timur. Nanang tak perlu tersengat terik siang lantaran dinaungi pepohonan dan bentangan pernak-pernik merah putih.
“Enak di sini,” ujar Nanang yang rupanya berasal dari Garut, Jawa Barat saat disambangi Akurasi.id, Selasa (30/07/2024).
Nanang merupakan seorang pedagang pernak-pernik 17-an. Dagangan utamanya umbul-umbul warna-warni serta bentangan dekorasi kain serba merah-putih. Beberapa dekorasi tersebut bersablon figur burung garuda pancasila berwarna emas.
“Harga bendera paling kecil mulai dari Rp5 ribu. Kalau buat background sekitar Rp500 ribu, karena panjangnya bisa sampai 10 meter,” ucapnya.
Nanang mangaku sudah tiga tahun berjualan di lokasi tersebut. Namun, penjualan tahun ini mengalami penurunan omzet karena kalah bersaing dengan pedagang online. Meskipun Nanang mulai berjualan lebih awal untuk tahun ini. Padahal biasanya ia baru mulai berjualan setiap tanggal 22 Juli.
“Rata-rata saya bisa dapat Rp11-12 juta, itu tahun sebelumnya. Tapi, tahun ini keliatannya jauh dari target. Saya mulai berjualan dari tanggal 15 Juli, sampai hari ini baru masuk sekitar Rp 800 ribu,” ujarnya.
Pun demikian, kehadiran Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur menjadi salah satu alasan Nanang berjualan lebih awal. Selain itu, ia juga membawa stok lebih banyak dari biasanya. Akan tetapi, jika melihat prospek yang ada, Nanang pesimis target bisa tercapai.
“Saya mulai jualan lebih awal dan bawa stok banyak karena ada IKN di Kaltim. Tapi sepertinya prediksi saya salah,” jelasnya.
Nanang hanya berharap agar tidak ada pelanggan yang menawarkan harga terlalu kecil untuk barang dagangannya. Karena menurut dia, harga jualnya tidak terlalu mahal. Keuntungan yang didapat kisaran Rp5 ribu per item.
“Usahakan kalau nawar itu jangan seperti nawar kacang. Banyak pelanggan yang terkadang nawar terlalu parah. Dari harga Rp20 ribu ditawar Rp5 ribu. Kami ambil barang dari Garut membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” harapnya.
“Nawar boleh tapi jangan terlalu lah, kalau dibilang NKRI harga mati jangan juga bendera harga mati,” tambahnya. (*)
Penulis: Dhion
Editor: Redaksi Akurasi.id