Bambang Cipto Mulyono menegaskan pemberian hadiah untuk guru bukanlah suatu kewajiban dan paksaan. Sebab, hal tersebut tidak diatur dalam regulasi undang-undang atau peraturan sekolah.
Kaltim.akurasi.id, Bontang – Hari Guru selalu menjadi momen istimewa, baik bagi para guru maupun siswa. Pada peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh setiap 25 November, tradisi pemberian hadiah kepada guru kembali menjadi perhatian masyarakat. Meski banyak dilakukan, pemerintah menegaskan bahwa memberikan hadiah kepada guru bukanlah kewajiban.
Namun, ada pandangan menarik dari seorang Kepala SDN 008 Bontang Utara (BU) yang sudah mengabdi selama 33 tahun sebagai guru, Masitah. Ia membagikan pandangan dan pengalamannya tentang pemberian hadiah kepada guru, termasuk refleksi dari hubungannya dengan anak-anaknya. Masitah mengisahkan bagaimana ia mendidik anak-anaknya untuk menghormati guru dengan cara yang tulus.
“Saya pernah bertanya kepada anak-anak saya, ‘Saat ibu kalian ulang tahun, apakah ibu pernah meminta hadiah?’ Mereka menjawab tidak. Tapi mereka tetap memberikan hadiah sebagai ungkapan terima kasih,” ujarnya, beberapa hari lalu.
Ia lalu mengaitkan penghormatan kepada guru sebagai orangtua kedua setelah orang tua. Tanpa paksaan, anak-anaknya kerap memberikan hadiah kepada wali kelas mereka, tidak hanya di Hari Guru tetapi juga di momen ulang tahun guru.
“Saya tidak pernah menyarankan atau meminta mereka memberi hadiah. Semua itu dilakukan atas keinginan mereka sendiri,” tambahnya.
Dirinya juga berbagi kebiasaan pribadinya dalam menghormati pendidik. Bahkan saat dirinya menempuh pendidikan sarjana dan pascasarjana, ia selalu memberikan tanda terima kasih kepada dosen, baik itu dosen pembimbing maupun staf administrasi yang membantunya.
“Bahkan dosen mengenal saya dengan kebiasaan membawa oleh-oleh, seperti pempek dari Bontang. Bukan karena kewajiban, tapi karena rasa hormat dan loyalitas,” jelasnya.
Menurutnya, penghormatan ini adalah bagian dari budaya yang perlu dipelihara. Ia menegaskan bahwa pemberian hadiah, jika dilakukan dengan tulus, dapat mempererat hubungan antara siswa, orang tua, dan guru.
Ketika berbicara tentang Hari Guru, ia mengingat momen ketika orang tua siswa secara sukarela mengirimkan makanan atau hadiah kepada wali kelas anak-anak mereka.
“Bukan karena diminta, tapi karena keikhlasan orang tua yang ingin menunjukkan apresiasi,” katanya.
Ia juga menambahkan, di sekolahnya, perayaan Hari Guru dilakukan dengan sederhana namun bermakna. Misalnya, memasak bersama untuk anak-anak berprestasi dan makan bersama sebagai bentuk apresiasi.
“Bukan soal hadiah, tapi kebersamaan yang tercipta di momen seperti itu,” ujarnya terharu.
Dalam pandangannya, menghormati guru adalah kombinasi antara loyalitas dan keikhlasan. “Ada orang yang memberi, tapi tidak menjalin kebersamaan. Ada yang bersama, tapi tidak memberi. Yang paling indah adalah keduanya berjalan seimbang,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang, Bambang Cipto Mulyono menegaskan, bahwa pemberian hadiah dari siswa dalam rangka merayakan hari guru bukanlah suatu kewajiban dan paksaan. Sebab, hal tersebut tidak diatur dalam regulasi undang-undang atau peraturan sekolah.
“Tidak ada kriteria khusus yang diwajibkan atau dijalankan,” ujarnya melalui telepon. (adv/disdikbudbontang/dh/uci)
Penulis: Dhion
Editor: Suci Surya Dewi